Dengan bantuan kapal selam, mereka berhasil menyelam hingga ke dasar The Great Blue Hole, yang biasanya hanya mampu menyelam sampai ke kedalaman 40 meter saja.
Dari penyelaman yang mereka lakukan, pak Branson dan timnya berhasil mendapatkan gambar beresolusi tinggi dan memetakan bagian dalam lubang tersebut dalam bentuk 3 dimensi yang detail.
Selain itu, mereka juga mengumpulkan dan menganalisis data ilmiah yang berkaitan dengan kualitas air, bakteri, dan rendahnya oksigen di dasar The Great Blue Hole.
Right now we're seeing proof that the sea levels were once hundreds of feet lower. #DiscoveryLive #BlueHole pic.twitter.com/8FhTBqq7cz
— Discovery (@Discovery) December 2, 2018
Analisis sedimen juga dilakukan di dalam lubang raksasa ini, dan ditemukan kalau lubang ini pernah mengalami periode kekeringan selama abad ke-10, lo.
Baca Juga : Hotel Ini Pegawainya Robot Dinosaurus, lo! Seperti Jurrasic Park, deh!
Tidak hanya dilanda kekeringan, The Great Blue Hole juga tidak selalu terendam air, teman-teman.
Hal ini dibuktikan dari ditemukannya stalaktit besar di bagian dinding selatan lubang.
Penemuan stalaktit ini membuktikan kalau The Great Blue Hole sebenarnya dahulu adalah sebuah gua, karena stalaktit hanya tumbuh di gua yang kering, teman-teman.
Selain itu, penyelaman ini juga membuktikan kalau permukaan laut dulunya jauh lebih rendah dan karena perubahan iklim, menjadi naik secara drastis.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com,iflscience |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR