Bobo.id - Bulan Desember menjadi bulan yang spesial bagi teman-teman kita yang beragama Kristiani.
Di bulan ini, tepatnya tanggal 25 Desember, umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus dalam perayaan Natal.
Meskipun perayaan Natal identik dengan perayaan keagamaan, ternyata di beberapa daerah di Indonesia, perayaan Natal juga dipadukan dengan budaya di daerah masing-masing, lo.
Wah, pasti unik sekali, ya, perayaan Natal di daerah-daerah itu.
Baca Juga : Reog Ponorogo, Cerita Monster Singa dalam Tarian Tradisional
1. Tradisi ngejot dan pemasangan penjor di Bali
Saat pergi ke Bali, teman-teman akan banyak melihat penjor yang dipasang.
Penjor adalah semacam bambu hias yang dipasang saat perayaan umat Hindu di Bali.
Tapi penjor juga dipasang saat perayaan Natal di Bali, lo, dan sudah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan sejak tahun 1935.
Selain memasang penjor, ada juga tradisi ngejot yang dilakukan, yaitu berbagi makanan sebagai ungkapan rasa syukur.
Saat Natal, biasanya umat Kristiani di Bali akan memasak makanan khas Bali dan membagikannya kepada para tetangga.
2. Tradisi Kunci Taon di Manado
Kalau biasanya Natal baru dirayakan pada tanggal 25 Desember, berbeda dengan masyarakat di Manado, nih, teman-teman.
Teman-teman kita di Manado merayakan Natal sejak memasuki bulan Desember dengan melakukan ibadah di gereja.
Tidak hanya melakukan ibadah di gereja, masyarakat Manado juga melakukan ziarah ke makam keluarga dan kerabat.
Puncak perayaan Natal akan berlangsung pada hari minggu pertama di bulan Januari yang disebut dengan Kunci Taon dan dilakukan dengan pawai menggunakan berbagai kostum menarik.
Baca Juga : Grebeg Maulud, Tradisi Berebut Gunungan Saat Perayaan Maulid Nabi
3. Tradisi Bakar Batu di Papua
Tradisi bakar batu yang disebut juga Barapen sebenarnya menjadi tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Papua sebagai ungkapan rasa syukur, kebersamaan, dan berbagi.
Tapi pada saat Natal, biasanya upacara bakar batu ini dilakukan setelah perayaan misa Natal selesai.
Karena proses bakar batu ini berlangsung lama, yaitu hingga setengah hari, masyarakat biasanya akan berkumpul terlebih dahulu sebelum berangkat misa.
Saat berkumpul, mereka memasak daging babi, ubi, kangkung, pepaya, dan pelengkap lainnya dalam lubang yang berisi batu panas.
Sepulangnya dari misa Natal, penduduk akan menikmati hidangan yang dimasak menggunakan batu panas ini bersama-sama dengan keluarga dan kerabat.
4. Tradisi Meriam Bambu di Flores
Pada tahun 1980-an, ada mainan yang terkenal dan diberi nama "meriam bambu".
Baca Juga : Yuk Kenalan dengan Rizky yang Bercita-cita Menjadi Abdi Dalem!
Permainan ini diberi nama demikian karena bambu akan dibuat menjadi petasan meriam yang bisa mengeluarkan suara dentuman besar ketika dipicu menggunakan api.
Dentuman meriam bambu ini akan terdengar di berbagai sudut Flores, Nusa Tenggara Timur saat Natal, lo, dan puncaknya akan terjadi saat malam menjelang tahun baru.
Selain tradisi di 4 daerah tadi, Bobo masih punya tradisi di daerah lain, lo, teman-teman.
Source | : | Kompas.com,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR