Bobo.id - Biasanya, orang yang sudah meninggal dunia dimakamkan di dalam tanah pemakaman.
Namun, di beberapa tampat di dunia, ada juga orang meninggal yang tidak dimakamkan di dalam tanah, teman-teman.
Misalnya seperti umat Hindu di Bali dan India yang melakukan kremasi atau pembakaran jenazah menjadi abu, kemudian abunya dilarungkan ke laut.
Ada juga masyarakat di Toraja yang membuat peti kayu jenazah yang digantungkan di sisi-sisi tebing.
Baca Juga : Unik! Bangsa Pict di Skotlandia Belajar Menulis Justru dari Musuhnya
Di sebuah kota yang termasuk tempat paling utara di Bumi, juga ada kebiasaan seperti ini, lo. Tepatnya di kota Longyearbyen, Norwegia.
Namun alasannya bukanlah tradisi atau kepercayaan tertentu, melainkan keadaan lingkungan di sana.
Kota Longyearbyen ada di kepulauan Svalbard, teman-teman.
Kota ini ditinggali sekitar 2.100 orang, namun banyak dikunjungi turis.
Selain itu, di sana ada banyak sekali beruang kutub, yang kadang-kadang berjalan ke dekat pemukiman.
Seperti kota Alert di Kanada, kota Longyearbyen tidak diterangi cahaya matahari selama 4 bulan.
Di bulan November sampai dengan April, suhu di sana mencapai -3 sampai dengan -9 derajat Celcius.
Begitu dinginnya, kepulauan Svalbard pernah mengalami suhu terendah sampai dengan -31 derajat Celcius!
Baca Juga : Skandinavia, Negeri Utara
Nah, rupanya suhu yang begitu rendah ini menjadi alasan mengapa di sana dilarang memakamkan orang meninggal.
Rupanya, pada tahun 1950, ditemukan bahwa tubuh jenazah yang dimakamkan di pemakaman Longyearbyen tidak terurai, teman-teman.
Ini karena jenazah dimakamkan di lapisan tanah yang namanya permafrost, yaitu lapisan tanah yang beku.
Nah, suhu dingin ini bisa membuat jenazah jadi awet, namun sekaligus juga membuat bakteri dan virus tetap hidup.
Baca Juga : Bangsa Vikings Dikenal Mengenakan Helm Bertanduk, Apa Benar Begitu?
Jenazah yang ada di dalam lapisan beku ini bisa kembali muncul ke permukaan tanah, jika permafrost meleleh.
Di tahun 1950, peneliti pernah menemukan virus yang masih aktif yang pernah mewabah dari tahun 1918.
Lalu bagaimana kalau ada penduduk yang meninggal dunia, ya?
Penduduk yang mengalami penyakit atau meninggal dunia, biasanya dibawa ke pulau utama atau ke ibu kota Norwegia, Oslo.
Namun, kalau jasad manusia dikremasi terlebih dahulu, baru boleh dimakamkan di Longyearbyen, di dalam guci pemakaman, teman-teman.
Karena, proses kremasi ada di suhu yang sangat panas, sehingga virus dan bakteri di tubuh manusia sudah rusak.
Baca Juga : Mengapa Bendera Norwegia Disebut sebagai Ibu Bendera Dunia?
Lihat video ini juga, yuk!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Bustle,Insider |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR