Bobo.id - Kalau ingin menikmati teh, kita bisa membuatnya di rumah atau membelinya di tempat lain.
Tapi kalau minum teh di sebuah tempat di Jakarta ini, kita bisa menikmati tehnya dengan gratis, nih, teman-teman.
Teh gratis ini bisa kita nikmati di Pantjoran Tea House yang ada di daerah Glodok, Jakarta Barat.
Uniknya, teh gratis yang disediakan setiap hari ini selalu berjumlah 8 teko dan ditempatkan dalam teko yang bermotif lawas.
Baca Juga : Kisah Casteller, Pembuat Menara Manusia yang Tinggi di Barcelona
Nah, teh gratis yang disediakan ini ternyata adalah sebuah tradisi yang disebut dengan tradisi patekoan, teman-teman.
Patekoan ini berarti delapan teko, diambil dari kata "pa" dalam bahasa Tiongkok yang berarti "delapan", dan "tekoan" yang berarti "teko".
Tradisi Patekoan ini sudah bermula sejak abad ke-16, lo, di kawasan Pecinan yang ada di daerah Glodok, Jakarta Barat.
Tradisi ini dimulai oleh seorang Kapiten Gan Djie yang berdarah Tionghoa bersama istrinya, yaitu Nyai Gan Djie yang berasal dari Bali.
Kapiten Gan Gjie dan istrinya ini adalah orang-orang yang dihormati oleh penduduk sekitarnya karena terkenal sangat dermawan, nih.
Selain itu, Kapiten Gan Djie juga menjadi orang yang dipercaya oleh Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC untuk memimpin dan menyelesaikan masalah yang ada di Glodok.
Patekoan bermula dari keinginan Kapiten Gan Djie untuk membantu masyarakat yang setiap harinya lewat di depan rumahnya, mulai dari pedagang hingga kuli panggul.
Nyai Gan Djie lalu menyarankan kepada suaminya untuk menyajikan teh, nih, teman-teman. Itu karena, menurutnya, teh mempunyai banyak manfaat, seperti menyembuhkan berbagai penyakit.
Baca Juga : Macam-macam Es Krim dari Berbagai Negara, Sudah Pernah Mencobanya?
Lalu kenapa ada 8 teko yang disajikan setiap harinya?
Hal ini karena menurut kepercayaan filosofi Tiongkok, angka 8 adalah angka keberuntungan karena angka 8 adalah angka yang tidak pernah putus, nih.
Karena itulah pasangan suami istri ini kemudian menyajikan 8 teko teh setiap harinya tanpa putus, lo, teman-teman.
Ternyata teh gratis yang disajikan oleh pasangan suami-istri ini membuat penduduk sekitar sering minum dan istirahat di tempat itu, sampai tempat tersebut disebut Jalan Patekoan.
Nah, saat ini tradisi Patekoan diteruskan oleh Pantjoran Tea House, dengan menyajikan 8 teko teh tawar setiap harinya.
Tradisi ini kembali dihidupkan untuk mengembalikan rasa solidaritas dan kekeluargaan yang pernah dimunculkan oeh Kapten Gan Djie dan Nyai Gan Djie.
Selain itu, disediakan juga 16 buah gelas yang bisa digunakan oleh masyarakat yang ingin menikmati teh tersebut.
Baca Juga : Mirip Masakan Padang, Inilah Nasi Kapau, Makanan Khas Sumatra Barat
O iya, tidak perlu khawatir gelas yang akan teman-teman gunakan tidak bersih, karena gelas yang disediakan dipastikan selalu bersih dengan selalu dicuci oleh para petugas Pantjoran Tea House.
Teman-teman yang ingin mencoba teh gratis dalam tradisi Patekoan ini bisa menikmati teh ini mulai jam 7 pagi sampai jam 7 malam.
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR