Bobo.id - Pada tanggal 5 Februari 2019 mendatang, teman-teman kita yang keturunan Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek.
Yap, perayaan ini dirayakan untuk memperingati tahun baru atau pergantian tahun Imlek yang dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa.
Tapi dalam kalender yang kita gunakan, perayaan Tahun baru Imlek ini tanggalnya berbeda-beda, lo, yaitu antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari.
Nah, ada satu hal yang khas saat perayaan Imlek, nih, teman-teman, yaitu nuansa warna merah yang menghiasi perayaan ini.
Baca Juga : Selalu Identik dengan Tahun Baru Imlek, Ini Dia 5 Fakta Seru Barongsai
Misalnya saja lampion berwarna merah, kostum barongsai, baju, hingga hiasan di rumah yang digunakan mereka yang merayakan Imlek.
Ternyata penggunaan warna merah saat perayaan Imlek ini berasal dari kepercayaan warga Tiongkok tentang warna merah, lo.
Berasal dari legenda raksasa pemakan manusia
Warna merah yang digunakan oleh warga Tionghoa ini bermula dari legenda mengenai Nian, yaitu seekor raksasa pemakan manusia yang berasal dari pegunungan.
View this post on Instagram
Nian muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, bahkan para penduduk desa.
Untuk melindungi diri dari serangan Nian, para warga pun kemudian meletakkan makanan di depan pintu rumah mereka pada awal tahun.
Dengan melakukan cara ini, penduduk percaya Nian akan memakan makanan yang sudah disiapkan dan tidak akan memakan penduduk desa.
Tapi ternyata Nian yang berbentuk banteng dengan kepala singa ini takut dengan tiga hal, nih, teman-teman, yaitu suara bising, api, dan warna merah.
Baca Juga : Di Negara Ini, Cabai Dimakan Sebagai Sayuran dalam Masakan
Ketakutan Nian pada warna merah diketahui setelah Nian berlari ketakutan karena bertemu dengan seorang anak perempuan yang memakai baju warna merah.
Penduduk menjadi percaya kalau Nian takut dengan warna merah. Karena itu setiap tahun baru datang, penduduk akan menggantung lentera dan gulungan kertas warna merah di jendela dan pintu.
Selain itu, penduduk juga akan menyalakan kembang api untuk menakut-nakuti Nian agar raksasa ini tidak datang ke rumah mereka, teman-teman.
Cara-cara yang digunakan oleh penduduk setempat ini kemudian berkembang menjadi perayaan tahun baru yang dirayakan oleh keturunan Tionghoa.
Setelah berhasil diusir oleh penduduk desa, Nian ditangkap oleh Hongjun Laozu, yaitu dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi dan kemudian dijadikan kendaraan Hongjun Laozu.
Merah jadi warna keberuntungan
Kalau teman-teman perhatikan, sebenarnya warna merah tidak hanya banyak digunakan saat perayaan Tahun Baru Imlek saja, lo.
Warga keturunan Tionghoa banyak yang menggunakan benda-benda warna merah, misalnya barang-barang di rumah.
Baca Juga : Beragam Kue dan Perayaan di Berbagai Negara, Pernah Menyicipinya?
Hal ini dikarenakan warna merah dianggap sebagai warna yang membawa keberuntungan, nih, teman-teman.
Warna merah dianggap sebagai pembawa keberuntungan sejak Nian berhasil diusir menggunakan benda-benda yang berwarna merah.
Misalnya saja lampion berwarna merah yang digantungkan di depan rumah, dipercaya bisa mengusir nasib buruk.
Contoh lainnya adalah pemberian angpao saat Imlek dengan menggunakan amplop berwarna merah dipercaya bisa mengusir roh jahat.
Warna keberuntungan di Tiongkok
Tradisi Tiongkok percaya bahwa Bumi terdiri dari elemen yang dilambangkan dengan berbagai warna, yaitu kayu dilambangkan dengan warna hijau, tanah dengan warna kuning, logam berwarna putih, air dengan warna hitam, dan api dengan warna merah.
Nah, oleh sebab itu kelima warna tadi juga menjadi warna keberuntungan bagi warga keturunan Tionghoa.
Warna merah yang jadi warna populer warga Tiongkok melambangkan kebahagiaan, keberhasilan, dan nasib baik.
Baca Juga : Maori Hangi, Tradisi Memasak dengan Oven Bawah Tanah, Cari Tahu, yuk!
Tanah yang dilambangkan dengan warna kuning mempunyai arti kesetiaan, dan biasanya identik dengan kaisar.
Kalau warna hijau yang melambangkan kayu adalah warna untuk kekayaan, kesuburan, pertumbuhan, dan mewakili murni juga bersih.
Hitam yang melambangkan unsur air dianggap sebagai warna paling netral dan dianggap sebagai warna surga, yang melambangkan keabadian, pengetahuan, dan kekuatan.
Terakhir, warna putih yang melambangkan logam ini ternyata tidak dianggap sebagai waran keberuntungan, lo, teman-teman, karena warna putih sering dikaitkan dengan kematian, dan warna putih sering digunakan saat pemakaman.
Source | : | Reader's Digest,chinahighlights.com, Ibtimes |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR