Bobo.id – Pernahkah muka teman-teman memerah saat sedang gugup atau malu? Hmm… mengapa bisa begitu, ya?
Yuk, cari tahu jawabannya!
Aliran Darah ke Wajah Sedang Meningkat
Wajah yang kemerahan biasanya dipicu oleh stresor emosional, contohnya cemas, takut, atau malu.
Hal ini disebabkan oleh melonjaknya sebuah hormon dalam tubuh kita, yang dikenal sebagai hormon adrenalin.
Baca Juga : Mengonsumsi Sesuatu yang Asam Membuat Wajah Mengernyit, Kenapa Begitu?
Saat kita cemas, takut, atau malu, kita mengalami pelepasan hormon adrenalin.
Pelepasan hormon adrenalin ini membuat aliran darah ke wajah meningkat.
Karena di dekat permukaan kulit wajah kita dipenuhi oleh pembuluh darah kecil, maka peningkatan aliran tadi lebih mudah terlihat.
Karena itu, wajah kita bisa langsung terlihat merah.
Cara Mengatasinya
Lalu, bagaimana cara mengatasinya jika wajah kita sudah terlanjur memerah?
Baca Juga : Anjing Membalas Kasih Sayang dengan Menjilat Wajah Pemiliknya, Bagaimana Menurut Kesehatan?
Tenang, ada cara mudah untuk meredakannya.
Teman-teman bisa kompres kulit dengan es atau segelas air es.
Hal ini berguna untuk mengecilkan pembuluh darah, sehingga wajah yang memerah ini bisa berkurang.
Bagaimana jika tidak ada es atau air dingin?
Teman-teman harus berusaha tenang dan yakin bahwa wajah merah ini tidak semerah yang kita bayangkan.
Baca Juga : Orang Romawi Suka Menaruh Slime Alami di Wajahnya, Apa Itu?
O iya, teman-teman tidak perlu malu kalau wajah kita gampang memerah.
Menurut penelitan, orang yang mukanya bersemu merah lebih bisa dipercaya banyak orang.
Orang yang wajahnya gampang memerah dianggap baik hati dan tulus.
Banyak Mendapat Pengetahuan dengan Membaca
Sekarang, teman-teman jadi tahu penyebab wajah memerah ketika malu, kan? Ada banyak pertanyaan di sekitar kita yang bisa dicari tahu jawabannya lewat membaca.
Semakin banyak membaca, pengetahuan kita jadi semakin luas. Yuk, terus membaca!
#AkuBacaAkuTahu
Lihat juga video ini, yuk!
Source | : | nationalgeographic.co.id |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR