Pasukan lainnya diberangkatkan pada tanggal 5 Februari 1945. Namun tiba-tiba saat sampai di Kertosono, rombongan diperintahkan kembali ke Blitar.
Alasannya adalah daidanco atau komandan tertinggi di Bojonegoro meninggal dunia.
Tiba-tiba pemerintah Jepang juga memperketat peraturan. Prajurit tidak boleh bergerombol lebih dari lima orang dan tidak boleh melancong.
Karena pihak Jepang dirasa sudah merasakan akan ada pemberontakan, Shodanco Supriyadi kembali mengadakan pertemuan rahasia.
Pada tanggal 13 Februari 1945 malam mereka bersiap untuk melakukan pemberontakan.
Pukul 3 pagi tanggal 14 Februari 1945, pasukan PETA Blitar bersiap. Shodanco Supriyadi kemudian memberi komando dengan meneriakkan "Hajime!", yang dalam bahasa Jepang artinya, "mulai".
Pemerintah Jepang menghadapi pemberontakan ini dengan cara menghasut para prajurit dengan janji yang tidak ditepati. Kemudian para prajurit ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh tentara Jepang.
Baca Juga : Tugu Pahlawan, Didirikan Untuk Mengenang Perjuangan Melawan Belanda
Source | : | Pahlawancenter.com,Sejarah Lengkap |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR