Bobo.id - Jika kita demam, biasanya pertolongan pertama yang biasa dilakukan adalah dengan mengompres kening.
Cara ini diharapkan dapat segera menurunkan demam. Untuk kompres, umumnya dilakukan dengan dua pilihan, yaitu kompres dengan air hangat atau dingin.
Jika demam, sebaiknya yang digunakan jenis kompres yang mana, ya?
Baca Juga : Tubuh Selalu Berkeringat Setelah Minum Obat Demam? Ini Sebabnya
Kompres Hangat untuk Demam
Saat kita sedang demam, ternyata yang dibutuhkan adalah kompres yang menggunakan air hangat dan bukanlah air dingin.
Karena jika diberi kompres dingin, maka hipotalamus (bagian otak) akan menangkap pesan bahwa suhu tubuh kita itu rendah.
Sebab itu, justru otak akan memberi perintah agar meningkatkan suhu tubuh kita. Ini artinya, tubuh kita yang sudah demam malah semakin demam.
Itulah kenapa sebaiknya kita dikompres dengan air hangat. Agar hipotalamus menangkap pesan bahwa suhu tubuh kita sedang tinggi atau demam, sehingga otak akan memerintahkan untuk menurunkan suhu tubuh kita.
O iya, suhu terbaik saat mengompres adalah sekitar 40-50 derajat Celsius.
Baca Juga : 4 Makanan yang Bantu Tingkatkan Trombosit Saat Terserang Demam Berdarah
Kompres Dingin untuk Luka Cedera
Selain menurunkan demam, kompres panas juga dapat berguna untuk mengurangi nyeri saat kita mengalami cedera.
Namun tidak disarankan untuk cedera yang parah atau cedera yang baru saja terjadi. Karena ini akan memperparah kondisi lukanya.
Sebab itu, kompres panas sebaiknya digunakan pada cedera yang sudah lebih dari 48 jam.
Sedangkan pada cedera atau luka yang baru, kita bisa menggunakan kompres dingin yang dapat mengurangi nyeri dan bengkak pada luka yang meradang.
Suhu dingin dari kompres bisa mengurangi aliran darah di daerah luka yang bengkak, sehingga memarnya berkurang.
Kompreslah selama 20 menit untuk menenangkan bagian tubuh yang mengalami cedera.
Baca Juga : Demam Berdarah Mengincar, Ini 4 Tips Cegah Rumah Jadi Sarang Nyamuk
Sudah tahu, kan, teman-teman?
Bahwa fungsi kompres panas dan dingin ternyata berbeda karena disesuaikan dengan kondisi yang kita alami.
(Penulis: Yomi Hanna)
Lihat juga video ini, yuk!
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR