Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar ingin membaca cerita misteri hari ini.
Cerita misteri hari ini bercerita tentang Rahasia Kolonel Barclay.
Penasaran? Yuk, langsung kita baca saja cerita misteri hari ini.
-----------------------------------------------
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 1) Musibah di Aldershot
Holmes berusaha meyakinkan Pak Wood, bahwa ia berbicara yang sebenarnya. Nasib Bu Barclay ada di tangan Pak Henry Wood.
"Ya, saya tidak berbohong, Pak Wood. Polisi hanya tinggal menunggu Bu Barclay sembuh ingatannya. Lalu mereka akan menangkapnya."
"Astagaaa… Apakah Anda juga polisi?"
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 2) Kisah Kolonel Barclay
"Bukan," jawab Holmes pendek.
"Kalau begitu, mengapa Anda mengurusi kasus ini?”
"Saya hanya berusaha agar Bu Barclay mendapat keadilan. Menegakkan keadilan itu adalah urusan semua orang,” jawab Holmes.
"Percayalah pada saya, sepupu saya itu tidak bersalah," jawab pria bungkuk itu.
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 3) Kunci yang Hilang
"Jadi, apakah Anda yang bersalah?" tanya Holmes dengan berani.
"Tidak," jawab Henry Wood pendek.
"Lalu, siapa yang membunuh Kolonel James Barclay?"
"Keadilanlah yang telah membunuhnya. Saya sendiri memang ingin menghukumnya karena perbuatan jahatnya. Tapi ternyata rasa bersalah di hatinya telah menghukum dirinya sendiri. Saya akan menceritakan perbuatan Kolonel Barclay di masa lalu…”
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 4) Jejak Misterius
Henry Wood lalu mulai berkisah…
“Seperti yang Anda lihat, sekarang punggung saya bungkuk akibat tulang rusuk saya yang patah. Tapi dulu, saat saya masih berpangkat Kopral Henry Wood, saya adalah pemuda paling tampan dan cerdas di Pasukan Infanteri 117. Waktu itu, pasukan kami ikut dalam pertempuran di daerah Bhurtee, di India. Kami tinggal di barak di daerah Bhurtee…”
Henry Wood tampak melamun sejenak, seperti mengenang masa lalunya yang suram. Ia lalu melanjutkan…
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 5) Pertengkaran Pak Barclay
James Barclay dulunya berpangkat sersan di Pasukan Infanteri 117, pasukan yang sama dengan Henry Wood. Pada waktu itu, James Barclay suka pada seorang gadis cantik bernama Nancy Devoy yang bertugas di barak itu juga.
Ibu Nancy adalah adik dari ibu Henry Wood. Jadi, Henry Wood dan Nancy Devoy adalah saudara sepupu.
Ayah Nancy adalah seorang sersan kulit berwarna. Henry Wood dan Nancy Devoy saling sayang menyayangi dan menjaga, seperti kakak beradik kandung. Itu karena mereka tumbuh bersama sejak kecil.
Pada waktu itu, Henry Wood termasuk pemuda pemberani, cerdas, walau kadang ugal-ugalan. Sedangkan, Barclay sangat pandai mengambil hati, bersikap bijak, dan terpelajar. Itu sebabnya ia cepat naik pangkat. Namun, Henry Wood tahu persis, Barclay tidak sebaik yang terlihat.
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 6) Pria yang Mengerikan
James Barclay sebetulnya punya sifat kejam. Pada saat peperangan, dia bisa menembak siapa saja, termasuk warga biasa di desa-desa di India. Namun, Henry Wood tidak pernah menceritakan keburukan temannya itu.
Pada suatu waktu, Barclay melamar Nancy. Ayah Nancy setuju karena Barclay dikenal baik. Henry Wood menjadi galau, apakah harus menceritakan sifat asli Barclay pada pamannya, atau berdiam diri saja.
Henry Wood akhirnya pasrah saja, karena pada saat itu meletus pemberontakan di India. Pasukan Infanteri 117 terperangkap di daerah Bhurtee. Perlengkapan senjata dan amunis tinggal separuh. Pasukan itu harus melindungi banyak warga biasa, anak-anak dan wanita. Padahal ada sekitar sepuluh ribu pemberontak di sekeliling mereka.
Baca Juga : Cerita Misteri: Si Bungkuk (Bag. 7) Pesulap Misterius
Pada minggu kedua peperangan itu, pasukan itu kehabisan air. Henry Wood lalu menawarkan diri secara sukarela untuk pergi menghubungi pasukan Jenderal Neill yang tak bisa dihubungi lewat alat komunikasi karena berpindah-pindah tempat.
Tak ada jalan lain selain meminta bantuan pasukan Jenderal Neill. Pasukan Infanteri 117 tak bisa leluasa berperang karena di daerah Bhurtee ada seribu lebih warga biasa.
Henry Wood membahas rencananya itu dengan Sersan Barclay yang dianggap paling tahu tentang daerah-daerah di situ.
Dia menggambar rute perjalanan yang akan ditempuh Henry Wood agar tidak mendekati daerah para pemberontak.
Semua teman anggota pasukan itu memuji keberanian Henry Wood.
“Kau cerdas dan pemberani. Berusahalah untuk tetap hidup. Aku tidak heran, kalau nantinya kau akan cepat naik pangkat menjadi Mayor,” kata Nancy pada saat akan berpisah dengan sepupunya itu. Semua teman Henry Wood mengamini ucapan itu.
Mereka memeluk dan menepuk pundak Henry Wood ketika ia akan berangkat. (Bersambung)
(Diadaptasi oleh Red. Majalah Bobo)
Dok. Majalah Bobo
Baca Juga : Cergam Bobo: Kereta Api Makanan
Lihat video ini juga, yuk!
Edisi Koleksi Petualangan Pak Janggut Vol. 2 Sudah Bisa Dipesan, Ini Link PO-nya
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR