Bobo.id - Ada berapa bahasa yang teman-teman kuasai dapat mengucapkan dengan fasih, selain bahasa Indonesia?
Mungkin ada teman-teman yang fasih berbahasa daerah sesuai tempat tinggalnya atau berbahasa Inggris.
Menguasai dan mampu mengucapkan berbagai bahasa yang berbeda ternyata punya banyak manfaat bagi kita, lo, teman-teman.
Menguasai bahasa lain bisa menambah pengetahuan, karena kita bisa mengetahui kosakata dari bahasa itu.
Baca Juga : Mohawk, Suku Indian yang Gaya Rambutnya Mendunia
Selain itu, kalau teman-teman suka belajar bahasa, maka kalian akan punya kemampuan mengingat dan konsentrasi yang baik.
Meskipun menguasai beberapa bahasa punya banyak manfaat, kita tidak boleh lupa untuk menggunakan bahasa asli dari tempat kita berasal.
Kalau kita tidak mempelajari bahasa asli dari tempat kita berasal, maka bisa saja bahasa tersebut akan menjadi seperti 5 bahasa berikut ini yang terancam mengalami kepunahan.
Ya, tidak hanya hewan dan tumbuhan saja yang bisa terancam punah atau bahkan mengalami kepunahan. Karena menurut Unesco, saat ini ada sekitar 2.500 bahasa yang terancam punah.
Kategori Bahasa yang Terancam Mengalami Kepunahan
Untuk menentukan seberapa terancamnya suatu bahasa, Unesco memiliki 5 kategori penentunya, nih, teman-teman.
Bahasa termasuk dalam kategori rentan saat di mana sebagian besar anak berbicara bahasa tersebut, tapi hanya pada tempat-tempat tertentu, seperti di rumah.
Kategori sangat terancam adalah ketika anak-anak suah tidak lagi belajar bahasa tersebut sebagai bahasa ibu atau bahasa utama yang diajarkan di rumah.
Baca Juga : Di Finlandia, Ada Tradisi Berenang di dalam Air Es! Pernah Tahu?
Selanjutnya, ada kategori sangat terancam punah, yaitu saat suatu bahasa hanya dituturkan atau dikuasai oleh orang-orang berusia lanjut seperti kakek atau nenek kita, bahkan oleh generasi yang lebih tua. Sedangkan orang yang lebih muda tidak lagi menggunakan bahasa tersebut.
Terancam punah hampir sama dengan kategori sangat terancam punah, teman-teman.
Bedanya, bahasa yang hanya diucapkan oleh generasi tua ini bahkan bercampur dengan bahasa lain, misalnya bahasa daerah yang digabungkan dengan bahasa Indonesia.
Kategori terakhir adalah punah, di mana sudah tidak ada lagi orang yang menggunakan atau bahkan mengucapkan bahasa tersebut.
Bahasa Wiradjuri
Australia mempunyai ratusan bahasa daerah asli, teman-teman, yaitu sekitar 250 bahasa daerah.
Sayangnya, saat ini bahasa daerah yang tersisa hanya sekitar 40 bahasa saja, salah satunya adalah bahasa Wiradjuri.
Bahasa ini dituturkan oleh orang-orang Wiradjuri yang ada di Australia. Saat ini hanya tersisa sekitar 30 orang saja yang mengucapkan bahasa ini, lo.
Namun, sekarang bahasa Wiradjuri sedang kembali disebarkan agar penuturnya semakin banyak, teman-teman.
Salah satu caranya adalah dengan diterbitkannya kamus Wiradjuri dan pelajaran bahasa Wiradjuri ke sekolah-sekolah yang ada di Australia bagian New South Wales, tempat di mana bahasa ini banyak dituturkan.
Baca Juga : Tari Naga, Kesenian Khas Tionghoa Selain Barongsai
Bahasa Nawat
Bahasa Nawat yang dikenal juga sebagai bahasa Pipil adalah bahasa asli yang dituturkan di El Salvador, negara terkecil yang ada di Amerika Tengah.
Saat Unesco melakukan penelitian terhadap bahasa ini, penutur asli yang tersisa hanya berjumlah 200 pembicara saja, teman-teman.
Sama seperti bahasa Wiradjuri, saat ini bahasa Nawat kembali dilestarikan, lo, caranya adalah dengan mengajarkannya di beberapa universitas.
Cara ini ternyata terbukti berhasil, teman-teman, karena pada tahun 2009, sebanyak 3.000 orang mengikuti program pembelajaran bahasa Nawat, dan sebagian besar adalah anak muda.
Hal ini menimbulkan harapan bahwa bahasa Nawat bisa keluar dari daftar bahasa yang terancam punah.
Bahasa Balti
Jumlah penutur bahasa Wiradjuri dan Nawat masih diketahui walapun hanya sedikit, tapi tidak dengan bahasa Balti.
Bahasa Balti yang digunakan di Pakistan Utara dan beberapa bagian India Utara ini tidak lagi diketahui jumlah pasti penuturnya, teman-teman.
Bahasa Balti yang dituturkan oleh suku Balti dari Tibet ini mulai punah karena sejak tahun 1948, bahasa Inggris dan Urdu memiliki pengaruh yang besar.
Namun, beberapa kata dari bahasa Balti masih digunakan dalam dialek Tibet sebagai bahasa standar dan untuk menghormati akar bahasa.
Baca Juga : Lari Menuruni Bukit untuk Mengejar Keju, Ini Olahraga Unik di Inggris!
Bahasa Guarani
Guarani merupakan bahasa asli yang digunakan di Paraguay, Bolivia, Argentina, dan Brasil, tapi merupakan bahasa resmi Paraguay.
Ada yang unik dari bahasa Guarani, nih, teman-teman. Ternyata penutur dari bahasa ini justru bukan orang-orang asli tempat bahasa ini berasal, teman-teman.
Bahasa Guarani banyak digunakan oleh orang-orang Amerika di mana biasanya banyak menggunakan bahasa Inggris.
Ada beberapa kata dari bahasa Guarani yang digunakan secara universal atau mendunia, nih, teman-teman, seperti "jaguar" dan "piranha".
Bahasa Kalmyk
Hanya tersisa sekitar 150.000 penutur bahasa Kalmyk yang merupakan bahasa asli dari wilayah Kalmykia, Rusia.
Bahasa Kalmyk saat ini hanya digunakan oleh sebagian kecil penduduk yang ada di Kalmykia serta orang Mongol dari Mongolia.
Kemunduran penggunaan bahasa Kalmyk ini dimulai setelah orang-orang Kalmyk dipaksa untuk pindah dari tempat asalnya.
Faktor lain yang memengaruhi penurunan jumlah penutur bahasa Kalmyk adalah karena persebaran orang Kalmyk ke berbagai daerah.
Ini menyebabkan penuturnya lebih menguasai bahasa lain untuk bisa berbaur dengan penduduk di tempatnya berpindah.
Karena bahasanya yang unik, bahasa Kalmyk digunakan sebagai dasar bahasa Ewoks yang digunakan pada film Star Wars: Return of the Jedi, lo.
Baca Juga : Lembah Indah Jigokudani Disebut Pintu Gerbang Neraka, Kenapa, ya?
Selain penting menguasai bahasa asing, ternyata menguasai bahasa ibu atau bahasa asli daerah tempat asal kita lebih penting, lo, teman-teman.
Sama seperti bangunan cagar alam, bangunan bersejarah dan budaya, bahasa juga merupakan warisan yang harus dilestarikan.
Maka dari itu, selain berbicara dengan bahasa asing, di rumah kita tetap harus membiasakan diri berbicara dengan bahasa ibu sebagai salah satu cara melestarikan bahasa daerah kita.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR