Bobo.id - Perilaku hewan di alam liar seringkali membuat kita heran, teman-teman.
Ini karena hewan memiliki cara hidup yang berbeda dari manusia. Apalagi ada jutaan spesies di muka Bumi dan semuanya punya cara hidup yang berbeda.
Salah satu perilaku hewan yang berbeda dengan manusia adalah induk hewan yang memakan anak atau telurnya sendiri.
Kira-kira apa alasan para hewan melakukan ini, ya? Coba kita cari tahu, yuk!
Perilaku Induk Hewan yang Memakan Anaknya
Ada berbagai kelompok hewan yang melakukan hal ini, teman-teman. Ada mamalia, burung, ikan, serangga, sampai reptil.
Hewan menghasilkan keturunan untuk melestarikan spesiesnya.
Lalu, bukankah kalau hewan memakan anaknya sendiri justru akan mengurangi kesempatan spesiesnya berkembang biak?
Ataukah ini justru strategi berkembang biak yang dimiliki oleh hewan, ya?
Kita lihat beberapa alasan mengapa induk hewan memakan anaknya sendiri, yuk.
Baca Juga : Anak Kucing Ditinggal Induknya? Inilah 6 Hal yang Harus Kita Lakukan
Membagikan Nutrisi Secara Adil
Beberapa hewan memiliki keturunan dalam jumlah yang banyak sekaligus. Misalnya hamster.
Saat melahirkan, hamster bisa memiliki beberapa bayi, teman-teman. Nah, jika jumlahnya dirasa lebih daripada yang bisa ia rawat, hamster akan memakan beberapa anaknya.
Misalnya, hamster yang melahirkan delapan atau sembilan bayi akan akan memakan dua ekor di antaranya.
Jumlah ini bisa bertambah jika anaknya lebih banyak. Namun kalau anaknya lebih sedikit dari delapan atau sembilan, ia tidak melakukan perilaku tersebut.
Perilaku ini dilakukan induk hamster untuk mengendalikan jumlah keturunannya, teman-teman.
Induk hamster memperhitungkan nutrisi yang akan harus dibagikan secara adil pada anak-anaknya.
Supaya keturunannya ini bisa tumbuh baik dan kembali menghasilkan keturunan untuk melestarikan spesiesnya.
Baca Juga : Dari Mana Asalnya Air Susu Mamalia untuk Anaknya, ya? #AkuBacaAkuTahu
Pertahanan Diri
Ada juga hewan lain yang memakan keturunannya sebagai bentuk pertahanan diri, teman-teman.
Misalnya kadal matahari ekor panjang yang memakan telur-telurnya dalam situasi genting.
Situasi genting yang dimaksud adalah kedatangan atau serangan predator yang mengincar telur-telurnya.
Induk kadal pun akan segera memakan telur-telurnya sehingga predator tidak mengincarnya lagi.
Alasan kadal ini melakukannya karena jika telurnya dimangsa, maka usaha perkembangbiakannya sia-sia.
Namun, jika ia memakan telurnya, telur ini akan kembali siap pada masa kawin berikutnya.
Insting Induk
Kadang-kadang, ada induk hewan yang memakan anaknya karena memiliki insting tertentu.
Misalnya anak yang dilahirkannya sakit sehingga kemungkinan bertahan hidupnya kecil.
Ini terjadi pada mamalia seperti kucing atau beruang.
Di penangkaran kebun binatang nasional Smithsonian, seekor induk beruang sloth melahirkan tiga ekor bayi beruang.
Para petugas awalnya tidak khawatir karena induk ini pernah melahirkan dan membesarkan anaknya.
Namun, tiba-tiba ia memakan dua ekor anaknya. Petugas pun memisahkan bayi yang ketiga dari induk beruang sloth.
Rupanya setelah diperiksa, beruang ini memiliki kondisi hipoterimia dan infeksi, teman-teman. Induk hewan memiliki insting kalau anaknya akan mati.
Di alam liar, jika anaknya mati ditemukan predator, ada kemungkinan predator ini akan menemukan sarang induknya. Sehingga daripada meninggalkan anaknya, induk hewan lebih memilih memakannya.
Memasuki Masa Kawin
Pada ikan goby, telur-telur ikan jumlahnya ada ribuan, ikan goby jantan harus memberi nutrisi dan merawat semua telur ini. Namun, tidak semua ikan tumbuh besar di saat yang sama, teman-teman.
Karenanya, saat memasuki masa kawin berikutnya, ikan goby jantan akan memakan telur-telur yang tersisa dan belum menetas.
Itulah beberapa alasan mengapa hewan ada yang memakan anaknya sendiri, teman-teman.
Ingin tahu perilaku hewan lainnya, temukan pada atikel flora dan fauna di bawah, yuk! #AkuBacaAkuTahu
Baca Juga : Benarkah Jika Kita Menyentuh Anak Burung, Induknya Akan Menolaknya?
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Seeker,MinuteEarth |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR