Tiba-tiba mata Sheika menangkap sesuatu. Seekor nyale kecil terjepit di antara karang. Sebetulnya Sheika jijik akan cacing. Tapi, ia kasihan juga melihat nyale itu. Maka, diberanikannya dirinya untuk melepaskan nyale itu dari karang. Tepat saat nyale itu terbebas, tiba-tiba sinar matahari terbit di Pantai Kuta itu menjadi begitu terang. Sheika berdiri dan terkejut melihat pantai kembali dipenuhi orangorang suku Sasak. Namun, cara berpakaian mereka tampak tradisional sekali. Dan, hei, siapa itu?
Baca Juga : Hari Buku Nasional Diperingati Setiap 17 Mei, Cari Tahu Asal-usulnya, yuk! #AkuBacaAkuTahu
Di atas suatu tebing, tampak seorang putri yang cantik sekali. Putri itu mengumumkan bahwa ia tak bisa memilih satu pangeran untuk menjadi suaminya. Namun, ia akan mengunjungi rakyatnya setiap tanggal 20, bulan sepuluh, tahun Sasak. Lalu, putri cantik itu menerjunkan diri ke laut. Orang-orang Sasak kuno yang berkumpul di pantai, terkejut. Lebih terkejut lagi saat mereka melihat nyale-nyale lalu keluar dari laut.
Mereka saling bercerita bahwa sang putri selalu baik hati dan menolong mereka. Dalam kematiannya pun, ia mengubah diri menjadi nyale yang bisa dimakan oleh rakyatnya. Mereka senang sekali saat menangkapi nyale-nyale itu. Setiap tanggal 20, bulan sepuluh, mereka berjanji untuk datang ke Pantai Kuta untuk menangkap (bau) cacing (nyale).
Baca Juga : Sedih, Grumpy Cat Si Kucing Judes dengan Jutaan Follower Wafat
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR