Bobo.id -Jika teman-teman memperhatikan, kotoran burung tampak berbeda dengan kotoran hewan lainnya, lo.
Teman-teman yang memelihara burung di rumah mungkin menyadari kalau kotoran burung punya warna yang berbeda, yaitu berwarna hitam dan putih sekaligus.
Kenapa, ya? Yuk, kita cari tahu alasannya!
Sistem Pencernaan Manusia
Dalam tubuh manusia dan kelompok hewan mamalia, sistem pencernaan berakhir pada saluran pengeluaran atau ekskresi.
Saluran pengeluaran ini adalah tempat keluarnya zat sisa yang tidak bisa dicerna atau tidak dibutuhkan oleh tubuh kita.
Untuk membuang cairan urin, kita memiliki ginjal untuk mengolahnya, teman-teman.
Air yang kita minum juga ada yang harus dikeluarkan, teman-teman. Bagian ini disebut urea.
Urea ini mengandung racun sehingga harus dikeluarkan dari tubuh kita. Urea bisa larut dalam air sehingga tercampur dalam urin atau air pipis.
Baca Juga: Kenapa Air Pipis dari Tubuh Kita Berwarna Kuning, ya? #AkuBacaAkuTahu
Kemudian zat sisa yang tidak bisa dicerna dan berbentuk padat diproses oleh usus dan dikeluarkan melalui anus.
Tubuh kita memang dilengkapi organ-organ istimewa yang bisa memisahkan zat yang dibutuhkan dengan zat yang tidak berguna kemudian mengeluarkannya.
Sistem Pencernaan Burung
Nah, sistem pencernaan burung sedikit berbeda dari manusia, nih.
Burung tidak memiliki dua saluran pembuangan yang terpisah seperti manusia maupun hewan mamalia.
Burung hanya memiliki satu saluran pembuangan yang disebut kloaka.
Lewat kloaka, tubuh burung membuang sisa makanan yang tidak dicerna dan juga sekaligus racun.
Nah, zat sisa yang berbentuk padat dari tubuh burung adalah makanan yang tidak bisa dicerna atau tidak dibutuhkan tubuh. Zat sisa adalah kotoran burung yang berwarna hitam.
Kemudian, zat racun di tubuh burung juga disaring dalam ginjalnya. Saat dikeluarkan, bagian inilah yang berwarna putih.
Baca Juga: Burung-Burung Merpati Ini Menggunakan Tas Ransel, Mengapa, ya?
Kotoran burung yang berwarna putih ini disebut dengan asam urat, teman-teman.
Karena burung tidak minum sebanyak manusia, makanya zat racun yang kelaur dalam tubuhnya juga tidak berbentuk cair, teman-teman.
Karenanya, bagian kotoran yang putih ini juga keluar bersama dengan kotoran yang berwarna hitam.
Mengapa Burung Tidak Memiliki Dua Saluran Ekskresi
Burung tidak memerlukan dua saluran ekskresi karena baik zat sisa maupun racun di tubuhnya keluar dalam bentuk padat, teman-teman.
Namun, setiap spesies burung memiliki kotoran yang berbeda-beda. Ada yang lebih banyak kotoran putihnya, ada juga yang lebih banyak kotoran hitamnya.
Ini ditentukan oleh menu makanan burung, teman-teman.
Ada juga burung yang punya kemampuan keren, teman-teman. Yaitu mengeluarkan bagain yang tidak bisa dicerna di tubuh sebelum masuk ke sistem pencernaannya.
Misalnya seperti burung yang bisa mengeluarkan serat seperti bulu, tulang, atau rambut binatang kecil yang ia makan. Contoh burung yang melakukannya adalah burung hantu.
Baca Juga: Wah, Seekor Burung Hantu Ditemukan Sedang Tidur Siang di Mesin Pesawat
Ada juga burung pemakan serangga yang punya kemampuan ini. Misalnya mengeluarkan sayap serangga lewat paruhnya.
Zat yang dikeluarkan burung lewat mulutnya ini bentuknya seperti batu-batu kecil.
Kadang-kadang, bagian biji yang tidak bisa tertelan oleh burung juga dikeluarkan lewat paruh dan justru bisa terbantu penyebarannya.
Sehingga kalau burung mengelurakan biji di tempat yang agak jauh, penyebaran tumbuhan tersebu makin luas, deh.
Kalau Kotoran Burung Tidak Berwarna Putih
Warna pada kotoran burung juga bisa kita gunakan untuk memeriksa kesehatannya.
Kalau kotoran burung tidak putih dan punya sedikit warna hijau atau kuning, ia mungkin sakit atau kurang minum.
Kalau bagian kotoran yang hitam teralu cair, mungkin burung juga sedang sakit diare.
Sekarang kita jadi tahu kenapa ada bagian berwarna putih pada kotoran burung.
Tahukah kamu? Ada hewan yang suka makan kotorannya sendiri, lo! Kenapa begitu, ya? Yuk, cari tahu di artikel berikut ini!
Baca Juga: Kenapa Hewan yang Suka Makan Kotoran Tidak Terserang Penyakit? #AkuBacaAkuTahu
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR