Bobo.id - Indonesia yang terdiri dari banyak provinsi dan suku membuat ada banyak cerita rakyat yang beberapa di antaranya mungkin sudah teman-teman baca.
Cerita rakyat biasanya menceritakan legenda yang ada di suatu daerah tertentu.
Nah, salah satu cerita rakyat yang terkenal adalah Malin Kundang, yaitu cerita rakyat yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Tahukah teman-teman? Ada satu tempat di Sumatra Barat, tepatnya Pantai Aia Manih, yang dipercaya merupakan tempat terjadinya legenda Malin Kundang, lo.
Baca Juga: Tempat Terakhir di Italia yang Menggunakan Api untuk Memotong Rambut
Batu Berbentuk Orang Sedang Bersujud
Pantai Aia Manih atau Pantai Air Manis merupakan pantai yang terkenal di Sumatra Barat, berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Kota Padang.
Hal yang membuat pantai ini terkenal adalah karena Pantai Aia Manih dipercaya sebagai tempat terjadinya cerita rakyat Malin Kundang.
Banyak orang yang mempercayai hal itu karena ada sebuah batu yang dianggap sebagai bukti terjadinya cerita rakyat ini.
Batu yang dipercaya sebagai bukti terjadinya cerita rakyat Malin Kundang adalah batu yang berbentuk seperti orang yang sedang bersujud.
Nah, batu ini kemudian dikenal sebagai batu Malin Kundang, teman-teman, yang terlihat seperti laki-laki yang sedang bersujud.
Uniknya, di sekitar batu yang terlihat seperti sedang bersujud ini juga terdapat bebatuan lain yang dipercaya sebagai benda-benda milik Malin Kundang.
Misalnya saja ada tong kayu, tambang, jangkar kapal, sampai puing-puing kapal.
Cerita Rakyat Malin Kundang
Malin Kundang merupakan cerita rakyat yang berasal dari Sumatra Barat, tepatnya di perkampungan nelayan Pantai Air Manis atau Aia Manih di Padang.
Di perkampungan itu, hidup seorang perempuan bernama Mande Rubayah bersama anak laki-lakinya, yaitu Malin Kundang.
Baca Juga: Serba Putih! Inilah Wat Rong Khun, Kuil yang Jadi Daya Tarik Wisatawan
Malin Kundang adalah anak yang sangat disayang oleh ibunya, begitu juga dengan Malin Kundang sangat sayang dengan ibunya.
Suatu hari, ada kapal besar merapat ke Pantai Aia Manih. Malin Kundang memutuskan untuk ikut kapal tadi untuk merantau atau pergi ke kota lain, nih, teman-teman.
Tujuan Malin Kundang merantau adalah untuk mendapatkan pekerjaan agar bisa membuat kehidupan mereka lebih baik.
Saat akan berangkat merantau, Malin Kundang berjanji kepada ibunya untuk segera kembali.
Mande Rubayah pun membekali Malin dengan nasi yang dibungkus daun pisang sebanyak tujuh lapis.
Mande Rubayah yang hidup sendirian selalu menunggu anaknya kembali dan menanyakan kepada setiap kapal yang merapat apakah mereka melihat atau mendengar kabar dari Malin Kundang.
Sayangnya, semua orang yang ditanyai oleh Mande Rubayah mengatakan mereka tidak pernah bertemu Malin Kundang, nih, teman-teman.
Suatu hari, Mande Rubayah mendapat kabar dari nahkoda kapal yang dulu membawa Malin bahwa Malin Kundang sudah menikah dengan seorang putri dari bangsawan kaya raya.
Mendengar hal ini, Mande Rubayah semakin berharap agar anaknya segera pulang dan ternyata beberapa hari kemudian ada sebuah kapal besar dan megah yang merapat ke Pantai Aia Manih.
Baca Juga: Semar, Tokoh Wayang yang Bijaksana Ini Hanya Ada di Indonesia
Setelah melihat sepasang suami istri yang keluar dari kapal itu, Mande Rubayah yang yakin bahwa laki-laki yang keluar dari kapal adalah Malin Kundang, langsung memeluknya.
Namun, Malin Kundang yang melihat wanita tua dan berpakaian lusuh langsung mendorongnya, terlebih istri Malin Kundang tidak percaya kalau wanita tadi adalah ibu Malin Kundang.
Mande Rubayah pun menangis dan memohon kepada Malin untuk mengakui ibunya tapi Malin dan istrinya segera pergi menggunakan kapalnya yang megah.
Baca Juga: Hindari Gunakan Tinta Merah untuk Tulis Nama di Korea Selatan, Kenapa?
Karena merasa sakit hati, Mande Rubayah berdoa sambil mengangkat tangannya, yaitu kalau laki-laki tadi memang bukan anaknya, maka ia meminta maaf atas perbuatannya.
Namun, kalau laki-laki tadi adalah Malin Kundang, maka ia meminta keadilan atas apa yang sudah diperbuat oleh Malin Kundang.
Setelah Mande Rubayah selesai berdoa, langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap dan hujan turun dengan sangat lebat.
Badai besar menghantam kapal Malin Kundang hingga hancur berkeping-keping dan terbawa ombak sampai ke pantai.
Nah, setelah badai reda dan Matahari kembali bersinar keesokan paginya, ditemukan kepingan kapal yang sudah menjadi batu dan sebongkah batu yang terlihat seperti tubuh manusia yang sedang bersujud.
Batu ini kemudian dipercaya sebagai tubuh Malin Kundang yang terkena kutukan ibunya karena apa yang dilakukannya terhadap Mande Rubayah.
Baca Juga: Dalam Rangka Hari Anak Internasional, Main Engklek Lagi, yuk!
Batu Malin Kundang Sudah Dilapisi Semen
Kalau teman-teman berkunjung ke Pantai Aia Manih, batu Malin Kundang ini akan dengan mudah ditemukan.
Namun, saat ini, batu Malin Kundang sudah tidak lagi sepenuhnya merupakan batu, teman-teman.
Batu Malin Kundang yang terlihat seperti sosok laku-laki yang sedang bersujud ini sekarang sudah dilapisi dengan semen.
Baca Juga: Desa ini Aman dan Tidak Pernah Ada Pencuri, Inilah Desa Eibenthal
Penyebab batu Malin Kundang dilapisi dengan semen adalah karena batuan aslinya pernah hancur akibat sering dihantam ombak pasang.
Nah, saat ini kita bisa melihat batu Malin Kundang secara utuh dan berbentuk seperti orang bersujud yang dipercaya adalah Malin Kundang yang meminta pengampunan dari ibunya.
Tonton video ini juga, yuk!
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR