Membaca Pesan Diawali dengan Seruan Unik
Ketika melakukan tugasnya, town crier punya penampilan yang khas, nih, teman-teman. Ia memakai seragam khusus berupa jubah merah atau hitam, celana putih, dan topi berwarna merah maupun hitam.
Town crier juga akan membawa tongkat panjang serta lonceng besar yang akan dibunyikan sebelum membacakan pesan.
Lonceng besar itu dibunyikannya untuk menarik perhatian warga masyarakat di sekitarnya untuk berkumpul dan mendengarkan pesan yang akan dibacakannya.
Sebelum membunyikan lonceng, town crier akan meneriakkan seruan yang khas, yaitu "oyez, oyez, oyez!".
Oyez yang diucapkan sebagai "oh yay" berasal dari bahasa Perancis, ouir yang berarti mendengarkan atau dengarlah.
Baca Juga: Warna Hijau Sering Dipakai untuk Menggambarkan Racun di Kartun, Kenapa, ya?
Town Crier Muncul karena Banyak Orang yang Buta Huruf
Selain karena akses untuk mendapatkan informasi yang belum baik, ada alasan lain munculnya pekerjaan ini, teman-teman.
Pada abad pertengahan atau sekitar abad ke-15, ternyata masih banyak penduduk di Eropa yang masih buta huruf atau tidak bisa membaca dan menulis.
Nah, dengan adanya town crier, maka hal ini bisa menjadi alat komunikasi bagi penduduk kota untuk mendapatkan informasi, baik dari istana maupun dari pemerintah.
Lalu informasi atau berita apa saja yang disampaikan oleh town crier, ya?
Baca Juga: Wah, Ternyata Tempura Khas Jepang Merupakan Hidangan Asal Portugis
Town crier punya tugas untuk menyampaikan pesan proklamasi kerajaan, peraturan daerah, undang-undang baru, berlangsungnya hari pasar, bahkan menjual barang tertentu.
Setelah selsai membacakan informasi yang perlu disampaikan kepada penduduk kota, town crier akan menempelkan informasi tadi di tiang-tiang kota.
Aktivitas menempelkan pengumuman di tiang-tiang kota ini disebut sebagai posting a notice atau mengunggah pemberitahuan.
Inilah sebabnya di Eropa dan Amerika koran sering disebut sebagai 'the post'.
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Source | : | Historic UK |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR