"Apakah Baginda belum mengenal siapa Raja Badar Amuk? Raja hamba pantang ditolak keinginannya. Prajuritnya sangat banyak. Bagaimana kalau rajaku marah dan mengajak berperang?"
Mendengar perkataan itu, Baginda Syaiful Syah menjadi marah. Ia menyuruh pengawalnya menggiring utusan itu keluar istana.
Baca Juga: Bukan Hanya Dehidrasi, Tubuh Juga Bisa Mengalami Hiponatremia, Kondisi Apa Itu?
Baginda Syaiful Syah sudah tahu sifat Raja Badar Amuk yang bengis. Itu sebabnya ia memerintahkan para prajuritnya untuk siap siaga. Dugaan Baginda Syaiful Syah ternyata benar. Satu minggu kemudian datanglah pasukan dari Kerajaan Lubuk Dalam. Jumlahnya sepuluh kali lipat jumlah pasukan Titian Sijenjang. Mereka mengepung istana. Namun istana Baginda dijaga ketat.
Akhirnya pertempuran terjadi. Rakyat Baginda Syaiful Syah ikut membantu. Pasukan Lubuk Dalam mencoba mendobrak pintu gerbang istana. Ada yang naik dinding dengan tangga. Ada yang melepaskan anak panah. Korban di kedua belah pihak mulai berjatuhan. Perang itu berlangsung lama. Berhari-hari, berming-guminggu, bahkan berbulanbulan. Anak-anak panah berseliweran di angkasa. Sedang gencar-gencarnya serangan, datanglah Panglima Perang Titian Sijenjang menghadap Baginda.
"Ada apa Panglima? Engkau tampak gugup sekali?"
Baca Juga: Wah, Kita Bisa Mempelajari Es Krim di Universitas Ini! Pernah Tahu?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR