Bobo.id - Angin yang bertiup punya banyak manfaat, salah satunya untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga angin.
Namun kalau angin bertiup terlalu kencang, hal ini justru bisa menyebabkan bencana, yaitu terjadinya badai.
Angin yang bertiup kencang dan menyebabkan badai bisa menimbulkan berbagai kerusakan, seperti pohon tumbang maupun rumah yang rusak diterpa angin kencang.
Jenis badai yang paling sering terjadi adalah badai tropis, yang menurut NOAA sering terjadi di sepuluh negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Meksiko, Jepang, Tiongkok, Filipina, Taiwan, Vietnam, Madagaskar, dan Kuba.
Baca Juga: Jadi Benua Terbesar di Dunia, Ini Macam-Macam Iklim Benua Asia
Selain merusak pohon, rumah, dan bangunan, badai yang menerjang suatu daerah juga menimbulkan banyak kerugian.
Menurut peneliti, bahkan badai yang terjadi saat ini tiga kali lebih kuat dibandingkan badai yang terjadi 100 tahun lalu.
Hal ini terlihat dari kerusakan yang dialami oleh beberapa wilayah di Amerika Serikat yang terkena dampak badai tropis.
Luas Badai yang Merusak Semakin Meningkat
Penelitian mengenai badai yang semakin merusak karena kekuatannya meningkat juga didaptakan dari luar wilayah yang dirusak oleh badai.
Para peneliti menyimpulkan bahwa frekuensi topan yang paling merusak sudah meingkat 330 persen selama 100 tahun terakhir.
Sedangkan badai sedang dengan luas 130 kilometer persegi atau kurang meningkat 140 persen setiap abad.
Badai terburuk yang terjadi di Amerika, yaitu badai Katrina dan Harvey, keduanya melebihi luas badai terburuk, yaitu lebih dari 4.990 kilometer persegi.
Baca Juga: Hati-Hati! Ini Ciri-Ciri dan Tanda Datangnya Angin Puting Beliung
Badai Belum Tentu Disebabkan oleh Perubahan Iklim
Badai yang lebih luas dan memiliki kekuatan tiga kali lebih besar belum bisa disimpulkan oleh peneliti disebabkan oleh perubahan iklim, nih.
Namun pemanasan yang terjadi secara keseluruhan membuat badai lebih sering terjadi dan lebih merusak dibandingkan yang seharusnya terjadi.
Penyebabnya adalah karena laut menyerap 93 persen panas ekstra yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Nah, badai menggunakan air yang hangat ini sebagai bahan bakar.
Tahukah kamu? Kenaikan suhu air laut, bahkan kurang dari satu derajat Celcius bisa meningkatkan kecepatan angin sekitar 24 sampai 32 kilometer per jam.
Baca Juga: Suhu Panas di Indonesia Bisa Sebabkan Heat Stroke, Ini Cara Mencegahnya
Kenaikan suhu air laut juga menyebabkan naiknya permukaan laut, sehingga meningkatkan risiko banjir selama pasang tinggi dan bisa menyebabkan terjadinya badai.
Udara yang lebih hangat juga menyimpan lebih banyak uap air di atmosfer, yang memungkinkan badai tropis menguat dan melepaskan lebih banyak kelembapan udara.
Badai yang Bergerak Lambat Memperparah Kerusakan
Faktor lain yang menyebabkan kerusakan karena badai menjadi lebih kuat dan badai lebih kuat adalah karena badai tampak bergerak lebih lambat.
Gerakan yang lebih lambat ternyata memberikan badai lebih banyak waktu untuk menyerang daerah dengan angin kencang dan membuang hujan.
Baca Juga: Mengapa Tubuh Kita Menggigil saat Kedinginan, ya? #AkuBacaAkuTahu
Akibat dari gerakan badai yang lebih lambat inilah, badai menjadi lebih intens atau lebih merusak saat menerjang suatu daerah.
Badai yang bergerak lebih lambat bisa meningkatkan jumlah waktu benda yang terkena angin kencang serta meningkatkan curah hujan.
Dalam 70 tahun terakhir atau lebih, kecepatan badai diketahui melambat sampai dengan sepuluh persen lebih lambat dari kecepatan rata-rata badai.
Faktor lainnya yang memperburuk keadaan adalah atmosfer yang lebih hangat bisa menahan lebih banyak uap air, sehingga penurunan kecepatan badai bisa meningkatkan curah hujan sebanyak sepuluh persen.
Untuk mengurangi risiko terdampak badai, peneliti mengatakan kita bisa melakukan beberapa hal, misalnya beradaptasi, mengurangi paparan pada badai, dan meningkatkan prakiraan badai.
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR