Bobo.id - Siapa yang suka melihat pelangi setelah hujan turun? Pelangi punya bentuk dan warna yang khas, nih.
Dalam bahasa Inggris, pelangi disebut juga rainbow atau busur hujan.
Sebutan ini disebabkan karena bentuk pelangi yang memang seperti busur atau setengah lingkaran yang muncul setelah hujan, teman-teman.
Pelangi yang terdiri dari tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu ini berbentuk setengah lingkaran.
Tahukah kamu? Pelangi yang selalu terlihat setengah lingkaran di mata kita ternyata punya bentuk lingkaran utuh.
Kalau pelangi berbentuk lingkaran utuh, lalu mengapa kita selalu melihat pelangi dengan bentuk setengah lingkaran, ya?
Pelangi Sebenarnya Berbentuk Lingkaran Utuh
Setelah hujan, biasanya kita akan melihat pelangi yang terdiri dari berbagai warna di langit.
Nah, pelangi terbentuk karena adanya pembiasan cahaya matahari yang melewati tetesan hujan.
Proses pembiasan kemudian akan memisahkan cahaya putih menjadi berbagai spektrum warna yang teman-teman lihat di pelangi.
Pembiasan ini membuat sinar matahari yang dipantulkan oleh air menjadi bengkok. Dan karena titik-titik air hujan yang memantulkan sinar matahari ada banyak, maka sinar matahari akan terus membengkok.
Sinar matahari yang terus membengkok ini akhirnya membentuk lingkaran. Sehingga sebenarnya bentuk dari pelangi adalah lingkaran utuh, bukan hanya setengah lingkaran seperti yang biasa kita lihat.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Mengapa Ide Sering Muncul Saat Kita Sedang Mandi, Pernah Tahu?
Mengapa Mata Manusia Melihat Pelangi Berbentuk Busur?
Kalau bentuk asli dari pelangi adalah lingkaran, lalu kenapa selama ini pelangi yang terlihat setelah hujan selalu berbentuk busur atau setengah lingkaran, ya?
Pelangi yang terlihat berbentuk setengah lingkaran ini sebenarnya disebabkan oleh keterbatasan penglihatan mata manusia, teman-teman.
Baca Juga: Sifat Gelombang Cahaya dan Penerapannya pada Hal-Hal di Sekitar Kita
Pelangi memiliki ukuran yang besar. Meskipun begitu, pelangi yang kita lihat sering terhalang oleh tanah atau batas cakrawala.
Keterbatasan mata manusia ini menyebabkan kita hanya bisa melihat pelangi di sudut 42 derajat saja, sedangkan pelangi yang ada di luar sudut tersebut tidak bisa terlihat oleh mata.
Akibatnya, pelangi yang kita lihat akan berbentuk setengah lingkaran dan seolah-olah berakhir di tanah.
Selain karena keterbatasan mata manusia, ada alasan lain mengapa kita tidak bisa melihat pelangi yang berbentuk lingkaran utuh. Yaitu karena permukaan Bumi membatasi jumlah tetesan air hujan dalam garis pandang kita.
Baca Juga: Air Penting untuk Kehidupan, Bagaimana kalau Tidak Ada Lagi Air di Bumi, ya?
Apakah Kita Bisa Melihat Pelangi dengan Bentuk Lingkaran Utuh?
Apakah ada teman-teman yang penasaran ingin melihat pelangi yang berbentuk lingkaran utuh di langit?
Tenang saja, teman-teman bisa, kok, melihat pelangi yang berbentuk lingkaran utuh.
Untuk bisa melihat pelangi dalam bentuk lingkaran utuh, caranya adalah dengan berada di tempat yang lebih tinggi, teman-teman.
Tempat yang tinggi ini bisa dari udara seperti saat sedang naik pesawat maupun berada di daerah perbukitan yang tinggi.
Baca Juga: Contoh Aktivitas yang Menggunakan Sifat Gaya Ketika Membantu Ibu di Rumah
Dari tempat yang tinggi, kita bisa melihat pelangi berbentuk lingkaran utuh karena permukaan yang tinggi menjadi titik antimatahari. Yaitu titik di langit atau tanah yang berada tepat 180 derajat dari matahari terhadap sudut pandang kita.
Pelangi yang berbentuk lingkaran utuh nantinya akan berpusat di tempat teman-teman berdiri. Karena semakin tinggi titik antimatahari, maka kesempatan kita untuk melihat pelangi yang berbentuk lingkaran utuh akan jauh lebih besar.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Howstuffworks |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR