Bobo.id - Di dunia, ada banyak sekali kepercayaan, suku, dan budaya yang berbeda-beda.
Dalam beberapa budaya di dunia, ada yang menganggap hewan tertentu sebagai hewan yang suci.
Misalnya, beberapa budaya di dunia menganggap kucing sebagai hewan suci, seperti bangsa Mesir Kuno, Yunani, hingga Peru.
Ada juga sapi dan monyet merupakan hewan suci dalam kepercayaan Hindu.
Nah, ada juga beberapa suku dan kelompok masyarakat yang menghormati beruang sebagai hewan suci.
Ayo, kita cari tahu budaya apa saja yang mempercayai beruang sebagai hewan suci.
Beruang Hewan Suci di Finlandia
Sebelum ajaran Kristen masuk ke Finlandia, masyarakat setempat memiliki kepercayaan Paganisme yang banyak dianut oleh penduduk di wilayah Skandinavia.
Selain memuja Dewa Petir dan langit, mereka juga memuja dan menghormati beruang.
Pada zaman pra sejarah, di zaman kuno dan abad pertengahan, orang Finlandia berburu hewan untuk mencari makanan.
Namun mereka menganggap beruang sebagai sosok penting dan suci.
Baca Juga: Hutan Suci di Nigeria Ini Dipenuhi Karya Seni, lo! Mengapa Begitu?
Orang Finlandia di masa itu mempercayai kalau beruang datang dari langit dan memiliki kemampuan reinkarnasi.
Reinkarnasi adalah kelahiran kembali atau penjelmaan ke dalam tubuh lain setelah seseorang meninggal dunia, teman-teman.
Jika ada yang memburu beruang dan menjadikannya makanan, masyarakat mengadakan Karhunpeijaiset, yaitu ritual agar beruang lahir kembali di hutan.
Beruang Adalah Dewa bagi Suku Ainu di Jepang
Seperti Indonesia, Jepang juga merupakan negara kepulauan.
Suku Ainu ini tinggal di beberapa pulau di Jepang, teman-teman.
Dalam bahasa suku Ainu, beruang disebut kamui. Kamui artinya Dewa.
Bagi suku Ainu, ada beberapa hewan yang disebut sebagai dewa, namun kedudukan beruang lah yang paling tinggi.
Beruang dianggap sebagai pemimpin dari semua dewa.
Mereka mempercayai kalau dewa-dewa turun ke bumi dalam bentuk hewan, seperti beruang.
Makanya, mereka akan sangat senang jika ada beruang yang menghampiri rumahnya.
Baca Juga: Di Desa Ini Buaya Dianggap Sebagai Hewan Suci dan Sahabat Manusia
Beruang Dipuja Suku Nivkh di Rusia
Di bagian timur Rusia, ada suku Nivkh yang memiliki kepercayaan Shamanisme.
Mereka mengadakan festival untuk memuja beruang, teman-teman.
Suku Nivkh percaya kalau beruan adalah sosok suci dari leluhur dan dewa, dalam bentuk tubuh binatang.
Mereka seringkali memelihara beruang dan memperlakukannya seperti seorang anak manusia.
Dalam festival untuk memujanya, beruang diberi banyak makanan agar bisa kembali membawanya kembali ke dunia pada Dewa.
Namun, dalam festival tersebut mereka juga membunuh beruang, untuk mengirimkan arwahnya pada para Dewa di pengunungan.
Beruang Dihormati oleh Suku Asli Amerika
Kalau dalam mitologi suku Asli Amerika, biasanya beruang ada dalam cerita rakyat.
Beruang menjadi simbol dari kekuatan yang besar dan kebijaksanaan. Ini karena jika beruang bertarung, mereka akan tetap melawan lawannya meski terluka parah.
Bagi suku Pueblo, beruang dianggap sebagai penjaga yang mengarahkan manusia.
Baca Juga: Selain Kucing, Beruang Rupanya Juga Jadi Hewan yang Dipuja, lo!
Kalau bagi suku Zuni, beruang dianggap memiliki kemampuan menyembuhkan.
Sehingga mereka memahat batu yang berbentuk beruang sebagai pelindung.
Para pejuang memakai kalung bergantung cakar beruang, sebagai sumber kekuatan.
Beberapa suku juga percaya kalau tidak boleh menyebutkan nama beruang selain saat ritual karena membawa bahaya dan tidak menghormati beruang.
Ada juga yang mengatur waktu berburu agar tidak memburu beruang, teman-teman.
Beruang masih dihormati oleh suku-suku Amerika asli sampai saat ini, lo.
Baca Juga: Dari Mana Asal Suku Indian yang Ada di Benua Amerika? #AkuBacaAkuTahu
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id/
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | Culture Trip |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR