Bobo.id - Ketika menjawab panggilan telepon yang masuk ke nomor kita, kata apa yang biasanya pertama kali teman-teman ucapkan?
Kebanyakan orang akan mengucapkan kata sapaan berupa "halo" ketika menjawab telepon yang masuk.
"Halo selamat siang. Dengan Bobo di sini." Selain saat menjawab telepon yang masuk, kata halo juga digunakan oleh penelepon, untuk memastikan apakah panggilan yang dilakukannya sudah tersambung.
Tahukah kamu? Ternyata kata 'halo' sudah ada sejak akhir tahun 1820-an, lo.
Baca Juga: Ternyata Begini Asal Nama Kota Solo yang Ada di Tayangan Cerita Sabtu Pagi, Anak Seribu Pulau: Solo
Meski sudah ada sejak akhir tahun 1820, kata 'halo' baru diketahui digunakan pertama kali tahun 1827.
Bahkan saat itu penggunaan kata 'halo' bukan sebagai sapaan untuk menjawab telepon.
Yuk, cari tahu sejak kapan kata 'halo' digunakan untuk menjawab telepon dan asal-usul kata sapaan ini!
Beragam Perkiraan Sejarah Kata 'Halo'
Oxford English Dictionary menuliskan, 'halo' baru ada sejak akhir tahun 1820-an dan baru tercatat digunakan pertama kali tahun 1827.
Saat itu, penggunaan kata 'halo' bukan sebagai salam maupun sapaan, tapi untuk menarik perhatian seseorang atau sebagai ekspresi terkejut.
Misalnya seperti, "halo, apa yang sedang kalian lakukan?" atau "halo, apa yang terjadi di sini?".
Nah, penggunaan awal kata 'halo' ini diperkirakan berkembang dari bahasa Jerman Kuno, yaitu hallo dan hollo.
Baca Juga: Sering Makan dengan Sendok? Ternyata Manusia Sudah Menggunakannya Sejak Ribuan Tahun Lalu
Kedua kata tadi memiliki arti 'mengambil' dan berteriak selama berburu ketika ada mangsa yang terlihat.
Namun ada juga yang menganggap halo berasal dari bahasa Perancis, yaitu holla atau hola, yang artinya "di sana!".
Sedangkan seorang penulis bernama Bill Byron menganggap kata 'halo' yang saat ini digunakan berasal dari bahasa Inggris Kuno yang berarti "jadilah utuh", yaitu ungkapan yang digunakan untuk mendoakan kesehatan seseorang.
Kata Sapaan 'Halo' Mulai Digunakan saat Menjawab Telepon
Kalau awalnya kata halo bukan digunakan sebagai salam ketika menjawab telepon, lalu sejak kapan, ya, kita menjawab telepon dengan diawali 'halo'?
Penggunaan 'halo' sebagai salam ketika menjawab telepon bermula sejak Thomas Edison memperkenalkan telepon ciptaannya pada 1874.
Nah, saat memperkenalkan telepon inilah, Thomas Edison menyarankan penggunaan kata 'halo' saat menjawab telepon.
Alasannya ternyata saat pertama diciptakan, telepon berbentuk seperti walkie talkie, yang akan terus tersambung sehingga kita bisa terus berkomunikasi kapanpun.
Nah, Thomas Edison menganggap penggunaan kata 'halo' yang awalnya berguna untuk menarik perhatian cocok digunakan untuk menjawab telepon.
Beliau menganggap, dengan menggunakan kata 'halo', menjadi cara mudah untuk mendapatkan perhatian orang yang ingin kita hubungi.
Baca Juga: Penyakit Ini Sempat Mewabah di Zaman Dulu, tapi Kembali Merebak di Masa Modern, Salah Satunya Polio!
Berbeda dengan Thomas Edison, Alexander Graham Bell Tidak Menggunakan Kata 'Halo'
Selain Thomas Edison, penemu lain yang menciptakan telepon adalah Alexander Graham Bell, teman-teman.
Namun berbeda dengan Thomas Edison, Alexander Graham Bell tidak menggunakan kata halo saat menjawab maupun melakukan panggilan telepon, lo.
Alexander Graham menggunakan kata 'ahoy!' ketika menjawab telepon, nih, teman-teman.
Sebelum digunakan oleh Alexander Graham Bell, kata 'ahoy' ternyata berusia lebih tua dari kata halo, yaitu diperkirakan setidaknya 100 tahun lebih tua dari kata 'halo'.
Kata 'ahoy' yang banyak digunakan oleh bajak laut ini berasal dari bahasa Belanda, yaitu hoi yang juga merupakan sebuah salam.
Sayangnya, penggunaan kata ahoy yang digunakan oleh Alexander Graham Bell ini tidak sepopuler 'halo', sehingga sampai saat ini kita menggunakan kata 'halo' saat menjawab telepon.
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id/
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | Reader's Digest,The Vintage News,Wonderopolis |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR