Bobo.id – Baru-baru ini, topik kurikulum darurat sedang ramai diperbincangkan, teman-teman.
Sebenarnya apa itu dan bagaimana cara melaksanakannya? Lalu, apakah ini merupakan kurikulum yang wajib diikuti?
Kurikulum darurat ini dibuat agar memudahkan siswa dan guru dalam belajar dan mengajar di situasi pandemi COVID-19.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yakni Nadiem Makarim, menyampaikan akan melakuan dua hal di bidang pendidikan untuk menyesuaikan belajar mengajar di masa pandemi.
Kedua hal itu adalah perluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning dan menerapkan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus).
Berikut adalah maksud dari kurikulum darurat dan cara melaksanakannya:
Apa Itu Kurikulum Darurat?
Pak Nadiem menjelaskan bahwa kurikulum darurat merupakan salah satu pilihan yang bisa diambil satuan pendidikan yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Baca Juga: Termasuk di Indonesia, 5 Sekolah Ini Punya Mata Pelajaran eSports
"Untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK kami telah menyusun kurikulum darurat yaitu penyederhanaan kompetensi dasar yang ditunggu-tunggu guru," kata Pak Nadiem dalam webinar yang disiarkan di YouTube, Jumat (7/8/2020).
Imbuh Pak Nadiem, penyederhanaan itu mengurangi secara dramatis kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
Sehingga peserta didik akan fokus kepada kompetensi yang esensial atau mendasar dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.
Tidak Wajib Dipilih
Pelaksanaan kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran, jadi tetap berlaku walau kondisi khusus (pandemi) sudah berakhir.
Namun Pak Nadiem mengatakan kurikulum darurat tidak wajib dipilih.
Pilihan lain selain itu, satuan pendidikan bisa memilih tetap menggunakan kurikulum nasional 2013 atau melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.
Bagaimana Melaksanakan Kurikulum Darurat Itu?
Kemendikbud melihat seluruh kompetensi dasar lalu memilih yang esensial atau yang mendasar. Ini akan menjadi fondasi pada tahap berikutnya.
Harapannya satuan pendidikan bisa fokus pada mata pelajaran tertentu saja.
Pak Nadiem mencontohkan misalnya pada SD Kelas 1 untuk mata pelajaran yang diajarkan hanya Bahasa Indonesia, Matematika, dan Penjaskes.
Pengurangan Kompetensi Dasar
Dengan pengurangan kompetensi dasar pada Bahasa Indonesia adalah 45 persen, Matematika 22 persen, dan Penjaskes 38 persen.
Baca Juga: Mengenal Energi dan Manfaatnya serta Gerakan Sadar Energi di Video Ini
"Jadi lebih baik kita mendalami yang esensial daripada semua kompetensi dasar harus tuntas, tapi tidak ada yang tercapai dengan cara yang benar," katanya.
Pak Nadiem juga mengatakan kurikulum darurat diharapkan akan memudahkan proses pembelajaran masa pandemi.
Berikut ini dampak yang akan timbul dari pelaksanaan kurikulum darurat:
Tersedia acuan kurikulum yang sederhana bagi guru.
Beban mengajar guru berkurang.
Guru dapat fokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual.
Siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum dan dapat berfokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual.
Orang tua lebih mudah mendampingi anaknya belajar di rumah
Kesejahteraan psikososial siswa, guru, dan orang tua meningkat.
Penulis: Nur Fitriatus Shalihah
Baca Juga: Apa Itu Perang Pasifik, Program Belajar Dari Rumah TVRI 10 Agustus 2020
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR