Bobo.id - Hari ini 28 Oktober 2020, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Ini adalah sebuah peringatan yang sudah resmi sitetapkan sejak tahun 1959 dalam Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Isi Keputusan Presiden itu menyebutkan bahwa 28 Oktober merupakan salah satu hari peringatan nasional, yaitu Hari Sumpah Pemuda.
Baca Juga: Bahasa Indonesia yang Jadi Pemersatu Para Pemuda di Indonesia
Sejarah Tentang Sumpah Pemuda
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia yang terdiri dari tokoh seperti Sugondo Djojopuspito, Mohammad Yamin, dan beberapa tokoh lainnya mengikuti Kongres Pemuda II.
Kongres tersebut kemudian menghasilkan tiga keputusan yang ditulis dalam ejaan lama dan kemudian menjadi keputusan yang disebut dengan Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda ini adalah pergerakan pemuda Indonesia untuk mewujudkan berdirinya negara Indonesia, lo, teman-teman.
Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa penting di Indonesia, lo, karena Sumpah Pemuda menjadi awal bagi para pemuda saat itu untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Indonesia.
Nah, karena Kongres Pemuda II menjadi sebuah peristiwa penting, maka di Jakarta berdirilah Museum Sumpah Pemuda.
Museum Sumpah Pemuda
Museum yang berada di jalan Kramat Raya, Jakarta ini dulunya bernama Gedung Kramat yang merupakan tempat diadakannya Kongres Pemuda II, nih.
Gedung Kramat ternyata tidak hanya menjadi tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II saja, lo, tapi juga beberapa kongres lain dan tempat berdirinya berbagai organisasi pemuda.
Kurang lebih sudah ada 106 organisasi pemuda yang terbentuk di Gedung Kramat dan berbagai rumusan perjuangan, nih, seperti Kongres Sekar Roekoen, PPPI, dan Pemuda Indonesia.
Setelah Kongres Pemuda II, Gedung Kramat sempat berubah fungsi, seperti menjadi hotel dan toko bunga, tapi pada tahun 1973 Gedung Kramat dipugar oleh pemerintah Jakarta dan diresmikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Karena Museum Sumpah Pemuda merupakan tempat tercetusnya Sumpah Pemuda, maka di museum ini kita bisa melihat berbagai koleksi benda-benda yang digunakan saat kongres berlangsung, nih.
Beberapa benda tersebut di antaranya adalah biola milik WR. Supratman yang menjadi salah satu simbol museum ini.
Biola ini menjadi salah satu simbol museum karena WR. Supratman biola tersebut digunakan untuk membuat lagu Indonesia Raya dan dimainkan pertama kali di Gedung Kramat saat Kongres Pemuda II.
Baca Juga: Tak Hanya Sekadar Rekreasi, Inilah 5 Manfaat Berkunjung ke Museum
Di museum ini, teman-teman juga bisa menyaksikan sebuah komik digital berjudul Janji Pemuda yang menceritakan bagaimana pemuda Indonesia berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dan mempertahankannya.
Selain itu, di Museum Sumpah Pemuda juga terdapat patung-patung yang menunjukkan suasana saat Kongres Pemuda II dilaksanakan, nih.
Dengan adanya patung atau replika tersebut, teman-teman juga bisa seakan ikut merasakan terlibat dalam kongres tersebut.
O iya, meskipun gedung ini sudah beberapa kali berganti fungsi, tapi bentuk bangunan ini tetap dijaga keasliannya, lo.
Bahkan keramik lantai Museum Sumpah Pemuda ini tidak diganti dan masih sama seperti saat Kongres Pemuda II dilaksanakan, dan lantai Museum Sumpah Pemuda termasuk cagar budaya yang dilindungi pemerintah, nih.
Nah, jika teman-teman ingin merasakan bagaimana suasana saat para pemuda Indonesia berjuang mendapatkan kemerdekaan Indonesia, teman-teman bisa, lo, berkunjung ke museum ini.
Namun karena masih dalam masa pandemi, kita sebaiknya berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda secara virtual saja, yuk!
Teman-teman bisa mengunjunginya di situs ini --> Kunjungan Virtual Museum Sumpah Pemuda.
(Penulis: Tyas Wening/Sarah Nafisah)
Baca Juga: Sejarah Bendera Merah Putih dan Lagu Indonesia Raya, Materi Belajar dari Rumah SD Kelas 4-6
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR