Bobo.id – Ada dua orang bernama Douwes Dekker yang berjasa pada bangsa Indonesia.
Kedua orang tersebut memiliki nama lain yang lebih bernuansa Indonesia. Siapa sajakah mereka?
Baca Juga: H.O.S. Tjokroaminoto Tidak Sempat Merasakan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Ernest Douwes Dekker Alias Danudirja Setiabudhi
Ernest Francois Eugene Douwes Dekker dilahirkan di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 8 Oktober 1879.
Ayahnya yang keturunan Belanda membuatnya mendapatkan perlakuan istimewa.
Ernest Douwes Dekker yang memiliki darah Jawa dari ibunya ini selalu mengaku menjadi orang Jawa.
Setelah menyelesaikan kuliah di Swiss, Ernest Douwes Dekker bekerja di perkebunan kopi.
Di perkebunan inilah rasa kebangsaannya tergugah karena melihat ketidakadilan yang dialami rakyat yang terjajah.
Dalam gerakan perjuangan kebangsaan itulah ia mengganti namanya menjadi Danudirja Setiabudhi.
Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan organisasi politik Indische Partij. Mereka bertiga dikenal sebagai Tiga Serangkai.
Baca Juga: Sam Ratulangi, Pahlawan Nasional yang Bergelar Doktor Lulusan Swiss
Eduard Douwes Dekker Alias Multatuli
Eduard Douwes Dekker dilahirkan di Amsterdam, Belanda, tanggal 2 Maret 1820.
Saudara laki-lakinya adalah kakek dari Ernest Douwes Dekker.
Eduard Douwes Dekker datang ke Hindia Belanda menumpang kapal yang dipimpin oleh ayahnya sebagai kapten kapal.
Di Tanah Air, Eduard Douwes Dekker pernah tinggal di beberapa tempat.
Hati nuraninya terusik saat melihat kerja rodi (kerja paksa) yang dilakukan rakyat di Lebak, Banten.
Pengalamannya itu kemudian menjadi inspirasi baginya untuk menulis.
Beliau menulis novel berjudul Max Havelaar dengan nama pena Multatuli saat kembali ke Eropa.
Baca Juga: Agus Salim, Pahlawan Nasional yang Menguasai 7 Bahasa Asing dan Dijuluki Singa Podium
Nama pena Multatuli yang bernuansa Indonesia itu berasal dari bahasa Latin yang artinya “Aku sudah banyak menderita”.
Novel ini menceritakan tentang penderitaan rakyat di Hindia Belanda.
Novel yang sangat terkenal di Eropa itu membuka mata banyak orang tentang penjajahan Belanda di Tanah Air.
Pergerakan kemerdekaan Indonesia mendapat perhatian lebih besar setelah terbitnya novel tersebut.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR