Bobo.id - Teman-teman, pada tanggal 24 Oktober nanti, kita akan memperingati Hari Dokter Nasional, lo.
Dokter merupakan salah satu profesi yang banyak dicita-citakan anak-anak, karena dokter dapat membantu orang sakit.
Pada masa-masa pandemi COVID-19 seperti ini, dokter dan perawat memiliki peran yang besar dalam membantu pasien.
Apalagi pandemi COVID-19 terjadi di seluruh dunia tanpa terkecuali, sehingga semua dokter di seluruh negara sedang berjuang untuk menemukan obat bagi virus ini.
Untuk menjadi seorang dokter, seseorang harus melakukan pendidikan yang juga berhubungan dengan dunia kesehatan dan kedokteran.
Baca Juga: Virus Corona Sedang Mewabah, Bagaimana Cara Dokter dan Perawat Melindungi Diri dari Infeksi Virus?
Pendidikan dokter di Indonesia ternyata sudah ada sejak abad ke-18 pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Namun, tahukah kamu bagaimana pendidikan dokter pertama kali berkembang di Indonesia?
Nah, untuk mengenal dan mengikuti kisah sejarah dan perkembangan pendidikan dokter, mari kita perhatikan penjelasan berikut ini.
Diawali Adanya Epidemi
Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, terjadi tiga epidemi yang berlangsung di Hindia Belanda dan memakan banyak korban.
Epidemi adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban; wabah.
Wabah yang terjadi di Hindia Belanda kala itu antara lain cacar, kolera, dan tifus. Jaman dahulu, tiga penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Penyebaran penyakit ini semakin luas karena kurangnya tenaga kesehatan dari Indonesia yang kala itu disebut Hindia Belanda.
Selain itu, dahulu masyarakat kesulitan mendapatkan akses ke rumah sakit yang berada di perkotaan.
Akhirnya, pemerintah Belanda turun tangan membantu dengan cara mengutus Willem Bosch selaku Direktur Dinas Kesehatan Kolonial untuk mendirikan sekolah kedokteran.
Awalnya, sekolah kedokteran tersebut dinamakan Dokter Djawa School, namun kemudian berganti menjadi School tot Opleiding van Indsiche Artsen (STOVIA).
Perkembangan Pendidikan Dokter
Sejak tahun 1849, Willem Bosch menyelenggarakan pelatihan terhadap pemuda Jawa sebagai tenaga medis dan mantri cacar.
Pada tahun 1951, barulah didirikan sekolah dokter pertama di Hindia Belanda dengan nama Dokter Djawa School.
Sekolah ini didirikan untuk melatih pemuda Jawa sebagai asisten dokter dan bertugas memberikan vaksinasi.
Sekolah ini terbuka untuk pemuda-pemuda dari luar pulau dan daerah manapun di Hindia Belanda.
Awalnya masa studi di Dokter Djawa School ini berlangsung selama 3 tahun, hingga para lulusannya dapat melakukan praktek sendiri.
Sebelum menggunakan bahasa Melayu, bahasa pengantar dalam pendidikan dokter di Dokter Djawa School ini menggunakan bahasa Belanda.
Pada tahun 1902, Dokter Djawa School kemudian berganti menjadi School tot Opleiding van Inlandsiche Artsen (STOVIA).
Dalam bahasa Indonesia, STOVIA dikenal dengan nama Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi.
Pada tahun 1913, kurikulum diperluas sehingga peserta didik di sekolah ini bisa berasal dari negara lain seperti Eropa, Arab, dan Tiongkok.
Karena masuknya peserta didik dari berbagai negara ini, digantilah STOVIA menjadi Sekolah Pendidikan Dokter Hindia Belanda.
Pada tahun tersebut juga, dibukalah sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS yang merupakan singkatan dari Nederlandsch Indische Artsen School.
Setelah berkembang selama kurang lebih satu dekade, yaitu tahun 1922, didirikanlah Perguruan Tinggi Kedokteran yang bernama Geneekundige Hoogeschool.
Namun, ketika masuknya penjajahan Jepang, semua sekolah kedokteran dari pemerintah Hindia Belanda ditutup.
Pada tahun 1943, akhirnya sekolah pendidikan dokter kembali dibuka atas ijin dari pemerintah Jepang, namun berganti nama menjadi Djakarta Ika Daigaku.
Setelah berhasil merdeka dan melakukan proklamasi, para dokter-dokter nusantara mengganti nama Djakarta Ika Daigaku menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran.
Pada tahun 1950, setelah mengalami perjuangan yang panjang, Perguruan Tinggi Kedokteran berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saat ini, pendidikan dokter sudah tersebar di banyak perguruan tinggi sehingga menunjang kualitas dokter yang mumpuni dalam bidang kesehatan.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | KompasPedia |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR