Bobo.id - Teman-teman pasti sudah tidak asing dengan lagu daerah Jawa Barat yang berjudul Manuk Dadali.
Walau lagu daerah, Manuk Dadali sudah terkenal di banyak daerah lain di luar Jawa Barat, lo.
Lagu ini memiliki syair berbahasa Sunda yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta.
Sambas adalah warga Bandung yang lahir pada 21 September 1926 dan berprofesi sebagai penulis lagu berbahasa Sunda.
Bukan hanya sebagai penulis lagu, Sambas ternyata juga seorang penyiar radio dan televisi, lo.
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Barat Nyangku: Sejarah, Tujuan, dan Pelaksanaannya
Karirnya di dunia radio dan televisi bermula dari keaktifannya sebagai komentator siaran olahraga di Radio Republik Indonesia (RRI).
Lalu pada tahun 1962, Sambas mulai merambah ke dunia pertelevisian dan menjadi penyiar khusus sepak bola dan bulu tangkis.
Sebagai pencipta lagu, Sambas dinilai berhasil dengan lagu Manuk Dadali karena hingga kini banyak orang yang mengenali lagu tersebut.
Lagu Manuk Dadali merupakan lagu yang menunjukan kebanggan Sambas pada Tanah Air Indonesia.
Manuk Dadali dalam bahasa Indonesia merupakan Burung Garuda, lambang Negara Republik Indonesia.
Karena itu, lagu ciptaan Sambas ini digolongkan sebagai lagu daerah atau lagu wajib daerah.
Untuk teman-teman yang belum mengetahui lirik lengkap dari lagu Manuk Dadali, simak di bawah ini.
Baca Juga: Alat Musik Tradisional Jawa Barat Selain Angklung, Kacapi hingga Calung
Lirik Lagu Manuk Dadali
Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Mébérkeun jangjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk
Ngepak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Gandang jeung perténtang taya bandingannana
Dipikagimir dipikasérab ku sasama
Taya karempan kasieun lébér wawanénna
Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pangkakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabéhna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis béla pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia
Terjemahan Lirik Lagu Manuk Dadali
Terbang melesat tinggi, jauh di awang-awang
Merentangkan sayapnya, tampil tanpa keraguan
Kakinya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong awan sambil terbang dengan cepat
Siapa yang bisa menyaingi keberaniannya
Gagah perkasa tanpa tandingan
Disegani dan disayangi oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar nyalinya
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya
Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan mengorbankan nyawa
Burung garuda adalah lambang kesatriaan
Untuk seluruh bangsa di Negara Indonesia
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Barat Ngalaksa, Mulai dari Sejarah hingga Urutan Prosesinya
Makna Lagu Manuk Dadali
Bila teman-teman mengamati lirik lagu Manuk Dadali dalam bahasa Indonesia, maka sudah terlihat jelas makna lagu ini.
Dari lagu ini, Sambas sang pencipta menujukan kehebatan Burung Garuda yang merupakan lambang Negara Indonesia.
Disebutkan dalam lirik tersebut bahwa Burung Garuda memiliki karakter yang tegas, pemberani, dan kuat.
Selain itu, pada lirik lagu Manuk Dadali, disebutkan juga bahwa Indonesia adalah negara yang selalu damai dan akan terus bersatu.
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Barat Seren Taun: Tujuan, Prosesi, dan Hiburannya
Seiring dengan perkembangan zaman, kini lagu Manuk Dadali sudah dikombinasikan degan tarian.
Tarian yang diberi nama sama dengan lagunya, Manuk Dadali merupakan karya warga Jawa Barat.
Bahkan lagu dan tarian Manuk Dadali sudah dikenal sampai mancanegara.
Nah, itu tadi beberapa informasi tentang lagu Manuk Dadali.
Dengan menyanyikan lagu Manuk Dadali, teman-teman bisa memahami kehebatan dan kekuatan bangsa Indonesia.
Sumber foto: Creative Commons/Nahata def Fathan
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR