Bobo.id - Teman-teman tentu tahu hewan unta, bukan? Unta memiliki ciri khas adanya punuk di bagian punggungnya.
O iya, unta ini memiliki berbagai keunikan, lo. Salah satunya adalah kemampuan unta untuk mengunyah kaktus yang berduri tajam.
Dengan memakan kaktus, maka unta akan mendapatkan cairan untuk minum ketika berada di tengah gurun yang panas dan kering.
Ya, unta yang habitatnya adalah di wilayah padang pasir ini memang membutuhkan banyak minum, teman-teman.
Bahkan dalam sekali minum, unta bisa meminum hingga 113 liter yang dihabiskan dalam waktu 13 menit saja.
Baca Juga: Banyak yang Keliru, Fungsi Punuk Unta Bukan Untuk Menyimpan Air Melainkan Hal Ini
Nah, seperti yang sudah Bobo sebutkan tadi, unta memiliki punuk di bagian punggungnya.
Kalau diperhatikan, ada unta yang memiliki satu punuk, tapi ada juga unta yang memiliki dua punuk.
Apa bedanya unta yang berpunuk satu dengan unta berpunuk dua, ya ?
Cari tahu juga apa fungsi dari punuk unta ini, yuk!
Punuk Unta Berisi Cadangan Lemak
Kalau ada yang menyebutkan isi dari punuk unta adalah air, maka hal ini salah, teman-teman.
Punuk unta sebenarnya berisi cadangan lemak untuk unta, yang beratnya bisa mencapai 36 kilogram!
Nah, cadangan lemak di punuk unta ini bisa menggantikan makanan unta selama tiga minggu lamanya.
Lalu mengapa unta bisa bertahan di tempat yang panas tanpa minum air dalam waktu yang lama?
Hal ini disebabkan karena sel darah merah unta yang berbentuk oval dan kemampuan ginjalnya yang bisa menahan air dengan baik.
Ginjal dan ususnya juga melakukan penyerapan nutrisi yang baik sehingga air kencing unta sedikit kental, dan kotorannya sangat kering.
Baca Juga: Apa Benar Kucing Punya 9 Nyawa? Ini Berbagai Fakta dan Mitos Tentang Kucing
Perbedaan Unta Berpunuk Satu dan Berpunuk Dua
Kalau diperhatikan berdasarkan punuknya, ada dua jenis unta yang berbeda, nih, yaitu unta berpunuk satu dan unta berpunuk dua.
Apa beda keduanya, ya?
1. Jenisnya
Perbedaan pertama adalah jenis untanya, teman-teman.
Unta berpunuk satu adalah jenis Camelus dromedarius, atau yang sering dikenal sebagai unta arab.
Sedangkan unta berpunuk dua merupakan jenis Camelus bactrianus dan dikenal sebagai unta Bactria.
Agar lebih mudah membedakannya, teman-teman bisa mengingat bentuk punuknya yang mewakili huruf masing-masing jenis unta.
Punuk unta Bactria membentuk huruf B, sehingga kita bisa mengingatnya dengan mudah sebagai unta Bactria.
Lalu unta arab memiliki satu punuk yang seperti membentuk huruf D, mewakili nama unta Dromedari yang berpunuk satu.
Baca Juga: Pemilik Kucing Harus Waspada! 5 Hal Ini Bisa Membuat Kucing Jadi Tak Mau Makan
2. Habitat dan Persebaran
Hal lain yang membedakan kedua jenis unta ini adalah habitat dan persebarannya di dunia.
Sesuai namanya, unta arab yang berpunuk satu ini habitatnya ada di Timur Tengah dan Afrika.
Kalau unta berpunuk dua atau unta Bactria akan mudah ditemukan di Asia Tengah, mulai dari Afganistan sampai Tiongkok.
3. Ukuran Tubuh
Perbedaan ketiga dari unta arab dan unta Bactria ini adalah pada ukuran tubuhnya.
Unta arab memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan unta Bactria.
Meski tubuh unta arab lebih tinggi, namun unta Bactria memiliki massa tubuh yang lebih berat, lo.
Selain itu, unta Bactria juga memiliki tubuh yang lebih berotot dan lebih kuat, sehingga jenis unta Bactria ini sering digunakan sebagai alat transportasi.
Baca Juga: Jumlahnya Paling Banyak di Bumi, Ternyata Begini Cara Serangga Bertahan Hidup
4. Jumlah
Hal lain yang juga membedakan unta arab dan unta Bactria ini adalah dari segi jumlah atau populasinya di alam liar.
Populasi unta arab lebih tinggi dibandingkan dengan unta Bactria, yaitu mencapai lebih dari 14 juta ekor!
Sedangkan jumlah unta Bactria jauh lebih sedikit, yaitu hanya sekitar 2 juta ekor saja.
Sekarang jangan bingung lagi membedakan antara unta yang berpunuk satu dengan unta berpunuk dua, ya, teman-teman.
Tonton video ini juga, yuk!
-----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR