Baginda menerima surat itu dan membuka sampulnya. Sesaat kemudian tampak wajah Baginda menjadi tegang. la memandang utusan itu dengan tajam.
"Ah, temyata rajamu hendak melamar puteriku. Tapi... Puteri Pinang Setaman masih sangat muda. Tolong sampaikan pada rajamu. Puteriku belum pantas untuk menikah."
Mendengar jawaban Baginda, utusan itu tampak terkejut.
"Apakah Baginda belum mengenal siapa Raja Badar Amuk? Raja hamba pantang ditolak keinginannya. Prajuritnya sangat banyak. Bagaimana kalau rajaku marah dan mengajak berperang?"
Mendengar perkataan itu, Baginda Syaiful Syah menjadi marah. Ia menyuruh pengawalnya menggiring utusan itu keluar istana.
Baginda Syaiful Syah sudah tahu sifat Raja Badar Amuk yang bengis. Itu sebabnya ia memerintahkan para prajuritnya untuk siap siaga. Dugaan Baginda Syaiful Syah ternyata benar. Satu minggu kemudian datanglah pasukan dari Kerajaan Lubuk Dalam. Jumlahnya sepuluh kali lipat jumlah pasukan Titian Sijenjang. Mereka mengepung istana. Namun istana Baginda dijaga ketat.
Akhirnya pertempuran terjadi. Rakyat Baginda Syaiful Syah ikut membantu. Pasukan Lubuk Dalam mencoba mendobrak pintu gerbang istana. Ada yang naik dinding dengan tangga. Ada yang melepaskan anak panah. Korban di kedua belah pihak mulai berjatuhan. Perang itu berlangsung lama. Berhari-hari, berming-guminggu, bahkan berbulanbulan. Anak-anak panah berseliweran di angkasa. Sedang gencar-gencarnya serangan, datanglah Panglima Perang Titian Sijenjang menghadap Baginda.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR