Bobo.id - Selama ini yang kita tahu, hal alam yang dapat bernapas antara lain manusia, hewan, dan tumbuhan.
Namun, ternyata gunung juga bisa bernapas, lo. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Bukan bernapas menggunakan paru-paru, gunung mengalami fenomena mengembang dan menyusut seperti sedang bernapas.
Berbeda dengan makhluk hidup seperti hewan dan manusia yang pernapasannya dapat dilihat, pernapasan gunung hanya terlihat jika diteliti dengan waktu tertentu.
Pernapasan Geologi Gunung
Pegunungan Himalaya telah diteliti beberapa ilmuwan ketika menunjukkan tanda-tanda menyusut dan mengembang.
Gunung-gunung memiliki waktu tertentu untuk mengembang dan menyusut.
Peristiwa ini terjadi dalam satu siklus, seperti dada raksasa berbatu yang menarik napas tidak rata.
Penjelasan tersebut disebutkan oleh Luca Dal Zilio, ahli geofisika dari California Institute of Technology di Amerika Serikat.
Baca Juga: Gunung Tangkuban Perahu Mengeluarkan Asap Putih, Begini Kata Ahli
Berdasarkan ilmu pengetahuan, peristiwa tersebut dinamakan pernapasan geologi.
Artinya, pegunungan Himalaya dapat terlihat bernapas, karena mengembang dan menyusut akibat dari kondisi geologisnya.
Lempeng tektonik planet bumi terus bergerak, membentuk kembali permukaannya saat mereka berpisah dan bertabrakan.
Tabrakan ini disebut tabrakan tektonik, yang juga berpotensi terjadi gempa bumi.
Namun, 50 juta tahun lalu, ketika lempeng Benua India menabrak Benua Austria, tumpukan tektoniknya menghasilkan Himalaya.
Pergerakan Lempeng
Hingga saat ini, India terus bergerak ke utara dengan kecepatan 2 inci setiap tahunnya.
Tapi daratan tersebut tidak meluncur mulus di bawah Eurasia. Dan saat India menekan, lempeng Eurasia menggembung dan membengkak.
Hal inilah yang memicu terjadinya pernapasan pada pegunungan Himalaya.
Baca Juga: Berkat Jasa-jasanya pada Negara, 4 Wajah Presiden Amerika Serikat Ini Diukir di Gunung Rushmore
Pegunungan Himalaya bisa bertambah sedikit lebih tinggi ke langit dalam waktu yang lama.
Ini terjadi karena pergerakan lempeng Indo-Australia yang bergerak sekitar 2 centimeter setiap tahunnya.
Akhirnya, tekanan mencapai titik puncaknya, dan daratan bergeser menjadi gempa yang mengguncang tanah
Tahun 2015, siklus ini menyebabkan gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menyebabkan petak pegunungan Himalaya tenggelam hampir dua kaki.
Uniknya, pegunungan Himalaya bisa dianggap sebagai pegunungan termuda karena fakta pembentukannya.
Ketika bumi berusia sekitar 70 juta tahun yang lalu, Pegunungan Himalaya adalah pegunungan yang baru terbentuk.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR