Kapas yang digunakan pun tidak jarang merupakan hasil tanam warga NTT sendiri.
Jadi dari kapas itulah, pengrajin tenun memintalnya menjadi benang yang nantinya diolah lagi menjadi kain.
Proses pemintalan benang secara tradisional ini membuat ukuran benang bisa berbeda-beda setiap pintalan.
Hal inilah yang membuat kain tenun sering kali memiliki motif yang tidak simetris.
2. Pewarna Alami
Setelah semua benang yang dibutuhkan siap, benang akan diberikan pewarna sebelum ditenun.
Proses pewarnaan memang dilakukan saat masih dalam keadaan benang, sehingga motif terbentuk saat ditenun dari warna yang berbeda-beda.
Baca Juga: Tenun Shu Terkenal Sepanjang Jalur Sutera dan Sudah Dibuat Sejak 2.000 Tahun yang Lalu
Hal yang menjadi istimewa dari kain tenun adalah proses pewarnaan yang masih menggunakan bahan alami.
Kain tenun yang mahal biasanya menggunakan pewarna alami seperti daun Ru Dao untuk menghasilkan warna nila, akar pohon Ka'bo untuk memberikan warna merah, kunyit untuk warna kuning, dan ada juga daun Menkude yang juga berikan warna kuning.
Penggunaan pewarna alami itu membuat corak kain menjadi berbeda.
3. Dibuat Tanpa Mesin Modern
Source | : | Kompas.com,Indonesia.go.id,Tribunwiki |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR