Bobo.id - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang wilayah Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (6/4/2022) sekitar pukul 10.03 WIB pagi tadi.
Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa di wilayah Gunungkidul, Yogyakarta tersebut tepatnya berada pada 8,21 LS dan 110,57 BT pada kedalaman 123 km. Pusat gempa berada di laut 24 km barat daya Gunungkidul.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh BMKG, diketahui gempa juga dirasakan di beberapa wilayah berikut ini.
- Kabupaten Gunungkidul dengan skala intensitas II MMI
- Kabupaten Bantul dengan skala intensitas II MMI
- Kabupaten Sleman dengan skala II MMI
- Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Jatim) dengan skala II MMI
- Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Jatim) dengan skala II-III MMI
Lalu, bagaimana penjelasan dari BMKG terkait gempa yang terjadi di Gunung Kidul dan sekitarnya ini?
Baca Juga: BMKG Pasang 66 Alarm Tsunami di Sejumlah Wilayah Indonesia, Apa Fungsinya?
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
Hasil monitoring atau pemantauan BMKG terhadap gempa yang dirasakan di Yogyakarta belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bapak Daryono menyampaikan informasi penting melalui akun media sosial Twitter.
Beliau menuliskan "Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Yogyakarta yang terjadi pagi ini merupakan jenis gempa berkedalaman menengah akibat adanya deformasi/patahan pada Lempeng Indo-Australia di zona Benioff".
Apakah teman-teman sudah tahu apa itu episenter dan hiposenter? Episenter adalah titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas kejadian gempa bumi.
Sementara hiposenter, menurut MAGMA Indonesia, adalah titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa bumi, dinyatakan dalam lintang, bujur, dan kedalaman.
Deformasi dalam konteks kebencanaan gempa bumi berarti perubahan bentuk pada lempeng Bumi akibat gempa.
Zona Benioff sendiri artinya zona planar dari gempa bumi yang berasosiasi atau bergabung dengan batas lempeng subduksi.
Subduksi adalah proses geologi yang terjadi karena adanya lempeng kerak samudra yang lebih tipis menunjam ke bawah terhadap lempeng kerak samudra yang lebih tebal.
Baca Juga: Benarkah Hewan Bisa Memprediksi Gempa Bumi Sebelum Terjadi? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa?
Hal yang pertama perlu kita lakukan ketika terjadi gempa adalah jangan panik dan tetap tenang.
Hindari kaca, tiang, pohon, dan benda-benda yang berisiko roboh akibat gempa.
Sebisa mungkin ketika terjadi gempa, kita juga harus menunduk dengan melindungi kepala. Jangan berjalan atau berlari.
Sambil menunduk, kita harus melindungi diri dengan menuju ke bawah meja. Ketika berlindung, usahakan jangan bergerak atau berpindah tempat.
Ketika gempa sudah selesai, segera berpindah dari tempat perlindungan ke daerah yang aman dari gempa.
Usahakan berkumpul pada satu titik yang aman, kemudian hubungi pihak berwenang untuk meminta bantuan.
Jangan coba masuk ke dalam rumah atau ruangan hingga keadaan dinyatakan benar-benar aman.
Pantau terus informasi terbaru tentang gempa, dari internet atau radio. Ikuti panduan yang diberikan oleh pihak yang mengevakuasi setelah pihak berwenang datang.
(Penulis: Nur Rohmi Aida, Grace Eirin)
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR