Selepas kemerdekaan RI, tepatnya pada 1960-an, istilah mudik jadi sangat populer. Hal ini karena banyaknya pembangunan di Jakarta dan kota besar lain yang membutuhkan tenaga kerja.
Itulah yang menyebabkan masyarakat di kota kecil berbondong-bondong menuju kota besar untuk mencari kerja dan penghidupan layak.
Setelah beberapa tahun tinggal, para pendatang itu rindu pada kampung halaman mereka.
Berangkat dari situ, muncul fenomena pulang ke kampung halaman secara massal dari para pekerja di kota kota besar.
Tingginya antusiasme masyarakat, membuat pemerintah memberi perhatian serius.
Jalur-jalur kereta api dari masa kolonial kembali dihidupkan di seluruh wilayah untuk memudahkan warga pulang ke kampung halaman.
Dalam perkembangannya, mudik juga dilakukan dengan moda transportasi bus, kapal, pesawat, bahkan mulai tahun 1980-an orang banyak mudik menggunakan kendaraan pribadi.
Baca Juga: Persiapan Mudik, Sistem Satu Arah dan Ganjil Genap Mulai Diberlakukan, di Mana Saja Titiknya?
Istilah Mudik
Dulunya, masyarakat umumnya menggunakan istilah pulang kampung, bersilaturahmi dengan keluarga besar hingga halal bi halal dengan keluarga di kampung.
Istilah mudik ini baru populer sekitar 1980-an. Kata ini menjadi sebutan untuk perantau yang pulang ke kampung halamannya.
Dalam bahasa Jawa, masyarakat mengartikan mudik sebagai akronim dari mulih dhisik yang berarti pulang dulu.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR