Bobo.id - Lagu Ayam Den Lapeh adalah lagu daerah dari Sumatera Barat.
Pada pelajaran tematik kelas 5 SD Tema 9, teman-teman akan menemukan lagu Ayam Den Lapeh.
Lirik Ayam Den Lapah dikarang oleh Nurseha, personel kelompok musik yang terkenal pada 1950-an dan 1960-an, Orkes Gumarang.
Kelompok musik itu sendiri berdiri di Jakarta dan beranggotakan pemuda-pemudi asal Sumatera Barat.
Ketika lagu itu diperkenalkan sekitar 1954, popularitasnya melejit hingga skala internasional seperti Malaysia, Vietnam, hingga Jepang.
Bahkan, lagu yang sangat identik bahasa Minang itu menjadi lagu daerah khas Sumatera Barat.
Makna 'Ayam Den Lapeh'
Dilansir dari National Geographic, lirik lagu Ayam Den Lapeh ini mengandung puisi lama. Untuk memahaminya diperlukan pengenalan budaya Minangkabau.
Puisi lama dalam lirik lagu Ayam Den Lapeh memiliki makna yang kaya dengan nilai filosofis dan estetika.
Baca Juga: Cari Jawaban Materi Kelas 6 SD/MI Jelajah Jakarta, Apa Makna Lagu Daerah Ondel-Ondel?
Puisi lama disini berarti pantun yang bercirikan empat bait yang dalam bahasa Minangkabaunya memiliki pengulangan bunyi yang sama.
Umumnya, tiap bait lirik lagu tersebut adalah pantun, akan tetapi ada pengulangan bunyi yang kurang sesuai sebagai pantun pada bait kedua.
Penggunaan pantun dalam lirik disimpulkan sebagai simbol filosofi Minangkabau dimana ayam merupakan hal yang dinilai mewah dan hanya orang tertentu yang dapat memeliharanya.
Tentu saja ketika kita mengalami kehilangan sesuatu yang berharga, kita akan mengalami kesedihan.
Sehingga dengan kata "ayamku lepas" diartikan sebagai hilangnya sesuatu yang berharga.
Akan tetapi, pemilihan ayam juga dianggap ada maksud lain karena masih banyak benda mewah lain yang dapat diasumsikan menjadi benda mewah.
Aransemen Nada
Nada yang mengiringi lagu Ayam den Lapeh kemudian diaransemen oleh Abdul Hamid, yang terkesan ceria.
Padahal jika liriknya dicermati memiliki kesan muram dan menyedihkan.
Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan tentang Menyanyikan Lagu Ondel-Ondel
Dilansir dari National Geographic ini berarti menertawakan nasib atau peristiwa buruk yang telah lewat dan jangan larut dalam kesedihan.
Para peneliti dari Universitas Negeri Padang menilai lagu ini menyiratkan bagi pendengarnya untuk tetap tegar, konsisten, dan kuat menjalani segala macam rintangan mekski belum tercapai.
Hal itu bisa dilihat dari aspek kebahasaan dan aspek musiknya yang paradoks dan gaya yang dimainkan Orkes Gumarang.
Masyarakat yang menikmati lagu ayam den lapeh tidak lagi melihat kandungan pesan atau isi dari lagu tersebut, baik yang mengerti bahasa minang maupun tidak.
Lagu ayam den lapeh lebih identik dengan lagu yang bahagia menggunakan irama cha-cha-cha yang biasa digunakan untuk menari.
Esty Maestro dan tim menambahkan bahwa lagu ini memiliki gambaran sosial budaya ornang minangkabu.
Lewat liriknya yang memuat beberapa nama daerah di Sumatera Barat seperti Batusangkar dan Pagaruyung, menggambarkan kebiasaan orang Minangkabau yang gemar merantau.
Dengan merantau, lagu itu menggambarkan betapa susahnya mendapatkan ayam (harta) jika fokus terhadap rencana awal ketika hendak merantau.
Lagu Ayam Den Lapeh masih terus diputar hingga kini, dan telah dibawakan kembali oleh berbagai penyanyi seperti Ria Amelia dan Elly Kasim.
Baca Juga: 3 Contoh Lagu Daerah dari Kalimantan Timur, Beserta Lirik dan Maknanya
Partitur Sederhana
Lagu Ayam Den Lapeh ini memiliki birama 4/4, dinyanyikan dengan tempo moderato/sedang dengan kecepatan 120 Bpm.
Lagu ini dinyanyikan dengan nada dasar Do=D.
Lagu ini memiliki nada paling tinggi pada nada La sedang dan terendah pada nada La rendah. Ini berarti ada jarak satu oktaf.
Nah, itulah penjelasan makna syair lagu daerah 'Ayam Den Lapeh' asal Sumatera Barat.
Kuis! |
Mengapa ayam digunakan dalam lagu daerah Sumatera Barat? |
Petunjuk: cek di halaman |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR