Bobo.id - Masyarakat Indonesia memiliki sebuah budaya yang masih dilakukan hingga saat ini yaitu gotong royong.
Tapi tahukah teman-teman? Gotong royong memiliki beberapa nama lain, yang kali ini akan dikenalkan pada materi PPKn kurikulum merdeka kelas VII SMP.
Beberapa di antara teman-teman mungkin akan merasa asing dengan nama gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
Karena asingnya dengan istilah itu, teman-teman merasa tidak ada budaya gotong royong yang dilakukan.
Padahal sikap gotong royong ini dilakukan di berbagai tempat dengan beragam nama yang berbeda-beda.
Sebelum kita mengenal nama-nama lain dari sikap gotong royong, kita kenalan dulu dengan budaya satu ini.
Gotong Royong
Gotong royong berasal dari kata gotong yang berarti bekerja dan juga royong yang berarti bersama.
Sehingga gotong royong bisa juga diartikan sebagai tindakan untuk melakukan sebuah pekerjaan secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong adalah bekerja bersama-sama.
Jadi gotong royong juga memiliki keterkaitan dengan tolong menolong atau saling membantu yang bisa dilakukan antar anggota.
Baca Juga: Contoh Perilaku yang Mencerminkan Nilai Semangat Gotong Royong dan Kerja Sama, Materi PPKn
Selain itu, menurut Pudjiwati Sakjoyo, gotong royong adalah adat istiadat tolong menolong antar orang-orang yang ada di berbagai macam lapangan kegiatan sosial.
Dijelaskan juga bahwa sikap tolong menolong ini bisa dilakukan pada hubungan kekerabatan, tetangga, dan bersifat praktis.
Dengan penjelasan itu, sudahkan memahami tentang sikap gotong royong, yang mungkin ada di sekitar temapat tinggal teman-teman
Nama Lain Gotong Royong
1. Botobo
Di Riau ada istilah botobo yang merupakan sebutan gotong royong saat menggarap ladang atau sawah.
2. Sambatan
Ada juga istilah sambatan yang merupakan istilah gotong royong yang berasal dari wilayah Surakarta dan Yogyakarta.
Biasanya samatan dilakukan untuk membantu sesama dalam berbagai kegiatan, seperti saat ada musibah.
3. Masohi
Masohi adalah istilah dari wilayah Maluku untuk menyebut kegiatan gotong royong yang biasa dilakukan untuk kepentingan banyak orang.
Baca Juga: Mencari Penyebab Pekerjaan Cepat Selesai dari Teks tentang Gotong Royong, Materi Kelas 3 SD Tema 3
4. Liliuran
Di wilayah Sukabumi, Jawa Barat ada istilah liliuran yang merupakan istilah gotong royong dan biasa dilakukan saat menyelenggarakan acara besar, seperti pembangunan rumah atau yang lainnya.
5. Mapalus
Dareah Minahasa menggunakan istilah Mapalus untuk menyebut kegiatan gotong royong saat menolong antar warga.
6. Alang Tulung
Alang tulung adalah istilah untuk menyebut kegiatan gotong royong di wilayah Aceh yang biasa dilakukan saat kegiatan berkebun.
7. Ammosi
Di wilayah Sulawesi Selatan teman-teman akan lebih sering mendengar istilah ammosi untuk menyebut gotong royong.
Namun bedanya, ammosi dilakukan secara sakral dan penuh dengan nilai kebudayaan.
8. Ngayah
Ngayah adalah istilah yang muncul di Bali untuk menyebut kegiatan gotong royong saat menyiapkan suatu acara tertentu.
Baca Juga: Penerapan Kerja Sama dan Gotong Royong di Lingkungan Sekolah
9. Ngacau Gelamai
Di Bengkulu, teman-teman akan mengenal istilah ngacau gelamai yang merupakan sebutan untuk gotong royong saat akan membuat kudapan gelemai.
10. Gemohing
Gemohing adalah istilah gotong royong yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Biasanya gemohing dilakukan secara sukarela dalam beragam kegiatan, seperti membangun rumah.
Nah, itu tadi beberapa istilah gotong royong yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Apa Itu Revolusi Mental? Ini Penjelasan Lengkapnya, Materi PPKn
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan gotong royong? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Kompas.com,Adjar.id |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR