“Mama dulu juga dokter cilik, lo,” kata Bu Rini bangga.
Seperti anak-anak lainnya, Runi sangat ingin terpilih menjadi dokter cilik. Sudah beberapa hari ini ia menjaga kebersihan pakaiannya. Ia juga rajin menjaga kebersihan kelas. Keinginannya bertambah besar saat tahu ibunya juga pernah menjadi dokter cilik.
“Hari ini kalian akan menjawab beberapa pertanyaan di kertas ini. Jawablah dengan jujur sesuai dengan diri kalian,” kata Bu Guru sambil membagikan kertas.
Di kertas itu, ada beberapa pertanyaan tentang kebersihan, kesehatan, dan juga kepedulian pada sesama. Rudi menduga pertanyaan itu akan digunakan untuk memilih dokter cilik. Ingin sekali Rudi menjawab asal-asalan, namun akhirnya dia tetap menjawab semua pertanyaan dengan jujur.
“Besok akan diumumkan yang akan menjadi dokter cilik. Siapa yang mau menjadi dokter cilik?” tanya Bu Guru.
Dari tempat duduknya, Rudi bisa melihat semua anak mengangkat tangannya. Hanya ia sendiri yang meletakkan kedua tangannya di atas meja.
Esoknya, Bapak Kepala Sekolah mengumumkan siapa saja yang akan menjadi dokter cilik. Setiap nama yang disebutkan, disambut dengan tepuk tangan. Pikiran Rudi melayang ke sebuah ruang rawat di rumah sakit, di mana ia pernah dirawat selama 3 hari. Lamunan Rudi langsung buyar saat ada yang menepuk-nepuk bahunya.
“Rudi, selamat, ya! Kamu terpilih jadi dokter cilik. Mama pasti bangga padamu,” kata Runi.
“Hah? Aku jadi dokter cilik?” tanya Rudi tak percaya.
“Iya. Dari kelas kita yang terpilih Keyla dan kamu,” ujar Runi.
Rudi menyambutnya dengan senyum yang dipaksakan. Rudi berbeda dengan Keyla yang memang bercita-cita menjadi dokter. Keyla selalu menjaga kebersihan setiap hari. Keyla juga mengingatkan teman-temannya untuk mencuci tangan sebelum makan. Keyla selalu membawa cairan pembersih tangan yang dapat digunakan kalau tidak ada air keran.
Baca Juga: Cerpen Anak: Hilangnya Tongkat Ratu Victoria #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR