“Aku terpaksa,” kata Liam. “Ada bawa bungkusan emas untuk kubawa pulang. Kepalaku tidak bisa menahannya di pundakku. Sekarang, bahuku sudah lecet-lecet.”
"Ah, itu soal mudah! Bagaimana kalau bertukar barang? Kuda ini untukmu dan emasmu itu untukku,” kata orang itu.
Liam setuju dan minta diajarkan cara menunggang kuda. Penunggang kuda itu turun dan mengambil bongkah emas Liam. Ia memberikan kekang kudanya pada Liam dan berkata, "Jika kau ingin kuda ini melaju lebih cepat, kau harus berdecak dan berteriak, jup jup!”
Liam sangat senang. Ia menunggangi kudanya dan merasa bagai ksatria yang berani. Setelah beberapa lama, ia ingin kudanya berlari lebih cepat. Maka Liam mencoba berdecak dan berteriak, “Jup jup!”
Seketika kuda itu melaju sangat cepat. Liam yang tidak siap, seketika terlempar dan masuk ke selokan. Kuda itu akan berlari pergi. Untunglah, datang seorang pemuda desa yang menuntun sapinya. Ia melepas sapinya dan berhasil menangkap kuda Liam.
Liam keluar dari selokan dan merasa sangat kesal.
“Hewan ini sangat berbahaya. Aku tidak akan menungganginya lagi. Aku suka pada sapimu. Walau tidak dipegang, dia tetap diam dan tenang. Lagipula, ia bisa menghasilkan susu, mentega dan keju setiap hari. Maukah kau menukar sapimu dengan kudaku?” tanya Liam pada pemuda desa itu.
Pemuda itu setuju dan ia memberikan sapinya pada Liam. Ia lalu pergi dengan kuda Liam. Liam menggiring sapinya dengan tenang. Di tengah jalan ia berpikir lagi,
"Kalau saja aku memiliki sepotong roti, aku tentu bisa makan dengan mentega dan keju sesering yang aku suka. Dan kalau haus, aku tinggal minum susu.”
Di tengah hari, udara semakin panas. Liam berhenti di bawah sebatang pohon rindang. Ia mengikat sapi itu di batang pohon itu. Karena tak ada ember, ia meletakkan topi kulitnya di bawah sapi untuk menadah susu. Namun, setelah beberapa lama ia memerah susu, tak ada setetes susu pun yang menetes.
Sapi itu malah merasa Liam mengganggunya, maka ia menendang Liam sampai terjatuh. Untunglah, tak jauh dari pohon itu, ada seorang pengasah gunting di atas gerobaknya. Ia sedang mengasah sebuah gunting di batu gerinda yang berputar.
Baca Juga: Dongeng Anak: Bebek-Bebek #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR