Setelah Pangeran Tobias melihat putri-putri raja itu, dia merasa takjub. Betapa cantik dan anggun mereka. Pangeran Tobias pun mengakui, kecantikan Putri Milda tampak paling menonjol di antara saudara-saudaranya. Sekarang justru Pangeran Tobias bingung mengatur siasat untuk membuat Putri Milda jatuh cinta kepadanya. Berhari-hari dia memikirkan sebuah rencana, tapi tak juga ditemukannya taktik cerdik untuk mendekati sang putri.
Karena bingung, Pangeran Tobias pergi ke kolam di pinggir hutan istana untuk merenung. Setibanya di sana, dia mendengar suara. Seorang gadis kecil sedang menembang sambil memainkan harpa. Seluruh angsa dan rusa yang turun minum menghampiri gadis kecil itu, karena suara dan permainan harpanya yang indah. Mereka berbaris terpukau di pinggir kolam. Pangeran Tobias duduk mendengarkan.
“Ah, syair terindah yang pernah kudengar. Siapa pujangga hebat yang telah menulisnya?” tanya Pangeran Tobias pada Gadis Pemetik Harpa.
“Kubuat sendiri syair itu!”
Pangeran Tobias berdecak kagum. Gadis sekecil itu pandai membuat syair yang indah. Tentu dia seorang gadis yang pintar. Ah, siapa tahu dia dapat menolongku memecahkan persoalan! Pikir Pangeran Tobias. Maka Pangeran Tobias pun menceritakan masalahnya pada Gadis Pemetik Harpa. Gadis kecil itu tersenyum sambil berkata, “Putri Milda menyukai keindahan syair dan puisi. Tulislah beberapa bait untuknya!”
Pangeran Tobias tertegun, gadis cilik itu telah memecahkan persoalannya! Saking gembira, Pangeran Tobias berlari ke istana. Sesampainya di istana, Pangeran Tobias baru ingat bahwa dia tak bisa menulis. Sejak kecil dia tak pernah mau belajar. Padahal ayahandanya telah mendatangkan guru-guru terbaik dari seluruh penjuru negeri ke istana mereka.
Keesokan harinya Pangeran Tobias kembali menemui Gadis Pemetik Harpa. Dia minta dibuatkan syair dan puisi yang indah.
“Baik, tetapi ada syaratnya!” ujar Gadis Pemetik Harpa.
“Tak masalah, tentu akan kukabulkan! Apa syaratmu?!” tantang Pangeran Tobias tak gentar. Ah, paling-paling dia meminta uang atau perhiasan, gumam Pangeran Tobias membatin.
“Syaratnya kau harus belajar menulis dan membaca!”
“Apa?!” Pangeran Tobias terperangah tak percaya. Permintaan yang aneh. Tapi demi sebait syair dan puisi, dia menyanggupi syarat tersebut.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kroko Buaya dan Saruru Monyet #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR