Menurut NASA, siklus Matahari yang terjadi pada periode ini disebut Solar Cycle 25.
Jika pada fenomena Minimum Matahari, medan magnet Matahari berada pada kondisi kuat dan teratur, dengan dua kutub yang jelas.
Semakin hari, medan magnet Matahari berangsur-angsur melemah, sehingga aktivitas Matahari semakin meningkat.
Ketika aktivitas Matahari meningkat, maka akan melepaskan kilatan cahaya dan radiasi terang yang dikenal sebagai jilatan api matahari.
Sementara pada saat fenomena Minimum Matahari terjadi, maka hampir sama sekali tidak ada bintik matahari yang muncul.
Menurut para peneliti NASA dan NOAA, pada Januari 2023, ada dua kali lebih banyak bintik matahari yang muncul.
Selain itu, fenomena Maksimum Matahari dapat ditandai dengan jumlah dan intensitas semburan matahari.
Dampak Maksimum Matahari
Ketika siklus Matahari berada pada aktivitas puncak, maka dapat berisiko buruk bagi komunikasi di Bumi, terutama berjalannya satelit.
Misalnya, Maksimum Matahari memicu badai geomagnetik terkuat dalam enam tahun, sehingga membentuk aurora berukuran besar yang terlihat di 30 negara bagian Amerika Serikat.
Badai geomagnetik ini juga menyebabkan suhu di lapisan termosfer Bumi mencapai puncaknya dalam 20 tahun.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Asteroid Besar Ada di Dekat Bumi, Berbahayakah?
Kenapa Air Sering Tumpah saat Kita Memindahkannya dari Gelas? Ini Penjelasannya
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR