Bobo.id - Kalau berkunjung ke belahan bumi utara atau selatan, kita akan melihat cahaya cantik. Yap, aurora!
Aurora adalah fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya yang menyala di langit malam.
Fenomena aurora bisa menghasilkan berbagai cahaya. Ada biru, merah, kuning, hijau, hingga oranye.
Proses terjadinya aurora melibatkan interaksi antara partikel Matahari, medan magnet Bumi, dan atmosfer.
Namun tidak hanya di Bumi, ternyata di pusat tata surya yakni Matahari juga ada fenomena aurora, lo.
Fenomena Aurora di Matahari
Bersumber dari Live Science, para ilmuwan melihat tampilan gelombang cahaya di atas permukaan Matahari.
Gelombang cahaya itu sangat mirip dengan cahaya utara di langit Bumi. Hmm, apakah itu aurora?
Diketahui pertunjukan cahaya Matahari itu terjadi kira-kira 40.000 kilometer di atas bintik Matahari.
Sebenarnya, para ilmuwan sudah mendeteksi sinyal radio mirip aurora dari bintang jauh di masa lalu.
Namun, ini adalah pertama kalinya para astronom melihat sinyal semacam ini dari pusat tata surya kita.
Baca Juga: Misterius, Fenomena Bernama STEVE Disebut Mirip Aurora, Mengapa?
Seorang astronom bernama Sijie Yu menyebut bahwa ini sangat berbeda dengan ledakan radio Matahari.
Sebab, ledakan radio Matahari hanya bersifat sementara dan berlangsung beberapa menit atau jam.
Menurut para astronom, ini adalah penemuan yang menarik terkait proses magnetik pada para bintang.
Perbedaan Aurora Bumi dan Matahari
Di Bumi, aurora adalah hasil dari puing-puing energik Matahari yang melintasi atmosfer dekat dengan kutub.
Wilayah ini medan magnet pelindungnya paling lemah sehingga molekul melepas energi bentuk cahaya.
Puing Matahari terlempar menjauh dari Matahari ketika medan magnet itu menjadi kusut sebelum putus.
Pelepasan energi yang dihasilkan itu jadi memicu jilatan api Matahari dan lontaran massa koronal atau CME.
Dengan mengarahkan teleskop ke bintik Matahari, para peneliti mendeteksi emisi mirip aurora di atasnya.
Tidak seperti aurora di Bumi, emisi aurora bintik Matahari ini terjadi pada frekuensi ratusan ribu-1 juta kHz.
Ini akibat langsung dari medan magnet bintik Matahari yang ribuan kali lebih kuat dari medan magnet Bumi.
Baca Juga: Beberapa Tahun ke Depan Akan Jadi Musim Aurora Paling Indah, Mengapa Begitu?
Sebagai perbandingan, aurora di Bumi pada umumnya memancarkan cahaya pada frekuensi 100-500 kHz.
Para peneliti mengatakan penemuan mereka telah membuka cara baru mempelajari aktivitas Matahari.
Tak hanya itu, kini mereka juga mulai meneliti data arsip untuk menemukan bukti aurora Matahari di masa lalu.
Bisa saja aurora tak hanya muncul di Matahari, tetapi juga muncul pada bintang yang jauh dari tata surya.
Aurora Pernah Muncul di Mars
Bersumber dari Live Science, para ilmuwan disebut telah melihat aurora besar di Mars setidaknya tiga kali.
Namun penelitian tahun 2019 menunjukkan kalau Mars memiliki aurora yang sering dan redup. Namanya, aurora proton.
Mars memiliki atmosfer yang sangat tipis, dengan kandungan gas sekitar 100 kali lebih sedikit dari Bumi.
Hal ini menyebabkan aurora sangat lemah di Mars. Aurora hanya muncul dalam panjang gelombang ultraviolet.
Planet Merah juga tidak memiliki magnetosfer yang memadai karena inti geologisnya mati. Apa artinya, Bo?
Planet Mars ditutupi oleh medan magnet yang tidak merata sehingga aurora bisa muncul hampir di mana saja.
Aurora di Mars bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan saat Matahari masuk titik maksimum Matahari.
Baca Juga: Menakjubkan, Ini 5 Fenomena Alam yang Sering Terjadi di Wilayah Kutub
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan aurora? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
MILKU Milk Farm Hadir di KidZania Jakarta, Ajak Anak-Anak Menjadi Peternak Sapi
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR