Bobo.id - Ketika melihat langit malam, kita akan melihat beberapa cahaya cerah, seperti bintang dan bulan.
Namun, kalau sedang beruntung, kita bisa melihat planet. Bahkan, kita juga bisa melihat meteor!
Meteor adalah serpihan benda angkasa yang masuk ke atmosfer dan menyala karena gesekan udara.
Meteor yang masuk ke atmosfer Bumi makin terkikis dan hasilkan garis cahaya yang terang di langit.
Batuan meteor yang jatuh dengan garis bercahaya ini disebut hujan meteor atau bintang jatuh.
Fenomena hujan meteor ini adalah peristiwa alam yang terjadi secara teratur setiap tahunnya, lo.
Misalnya, fenomena hujan meteor yang terjadi tiap awal tahun dinamakan dengan Quadrantid. Apa itu?
Mengenal Hujan Meteor Quadrantid
Bersumber dari Forbes, hujan meteor Quadrantid adalah salah satu fenomena hujan meteor terbaik.
Dinamakan Quadrantid karena berasal dari konstelasi Quadrans Muralis di antara konstelasi Bootes dan Draco.
Quadrantid diketahui menghasilkan bola api terang yang mampu menembus berbagai polusi cahaya.
Baca Juga: Hujan Meteor Quadrantid Jadi Hujan Meteor Pertama di 2024, Kapan Terjadinya?
Hujan meteor ini disebabkan oleh debu dan puing yang tertinggal di tata surya oleh asteroid 2003 EH1.
Asteroid ini merupakan bagian dari asteroid Amor yang mengorbit Matahari setiap 5,5 tahun Bumi.
Pada masa puncak hujan meteor Quadrantid, kita bisa melihat sekitar 60-200 bintang jatuh per jam!
Untuk tahun ini, hujan meteor ini disebut akan memunculkan hingga 120 bintang jatuh per jam ke langit malam.
Menurut American Meteor Society, hujan meteor ini berpotensi menjadi hujan meteor terkuat di 2024.
Sayangnya tak seperti hujan meteor lain, Quadrantid ini puncaknya begitu singkat, yakni hanya 6 jam.
Alasannya karena partikel yang tipis dari hujan, sekaligus Bumi melintasi aliran itu dengan sudut tegak lurus.
Puncak Hujan Meteor Quadrantid
Bersumber dari Live Science, puncak hujan meteor ini diprediksi terjadi pada 07:53 EST, teman-teman.
Fenomena hujan meteor ini akan terlihat jelas dari Amerika Utara apabila cuacanya mendukung.
Faktor lain yang memengaruhi jarak pandang pada saat menikmati pemandangan adalah fase bulan.
Baca Juga: Patut Dinantikan, Awal Januari 2024 Ada Fenomena Puncak Hujan Meteor Quadrantid
Sayangnya, bulan akan purnama sekitar 51% pada 3- 4 Januari 2024, sehingga agak mengganggu pemandangan.
Cahaya bulan akan memutihkan langit dan mempersulit melihat hujan meteor Quadrantid tahun ini.
Meski begitu, pengaruh bulan bisa diminimalkan dengan pohon atau bangunan dan melihat ke langit utara.
Bisakah Dilihat dari Indonesia?
Bersumber dari Kompas.com, fenomena hujan meteor Qudrantid ternyata juga bisa disaksikan di Indonesia, lo.
Diketahui bahwa sebenarnya fenomena hujan meteor ini sudah berlangsung sejak 28 Desember 2023.
Meski begitu, puncak hujan meteor Quadrantid ini baru akan terjadi pda 3-4 Januari 2024. Yap, nanti malam!
Kalau kamu mau melihatnya, maka kita bisa coba keluar saat tengah malam sampai dini hari.
Untuk menyaksikan fenomena ini, teman-teman tidak perlu menggunakan alat bantu khusus, lo.
Kalau mau melihatnya, coba carilah area yang jauh dari kota maupun lampu jalan yang mengganggu.
Kita bisa memilih kursi atau berbaring telentang dengan kaki menghadap timur laut dan melihat ke atas.
Tunggu hingga subuh tiba, yakni sekitar pukul 03.00, hujan meteor Quadrantid akan muncul.
Nah, itulah informasi hujan meteor Quadrantid yang akan muncul mulai dini hari nanti. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Menikmati Puncak Hujan Meteor Geminid 14 Desember?
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan meteor? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com,Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR