Bobo.id - Dalam tata surya, ada beberapa planet yang memiliki sistem cincin. Apakah teman-teman tahu?
Ada empat planet di tata surya yang memiliki cincin, yakni Saturnus, Jupiter, Uranus, dan Neptunus.
Cincin Saturnus terlihat jelas, tapi cincin di ketiga planet lain tak terlihat jelas karena sangat tipis.
O iya, cincin planet adalah kumpulan objek angkasa yang bergerak mengelilingi sebuah planet.
Cincin di sekitar planet itu terbentuk dari kumpulan batu dan es yang padat. Partikelnya sampai miliaran!
Ukuran partikelnya pun beragam, mulai dari sebesar butiran pasir hingga sebesar gedung bertingkat, lo.
Hmm, kira-kira mungkin atau tidak ya Bumi punya sistem cincin seperti Saturnus? Kita cari tahu, yuk!
Bumi Pernah Punya Cincin
Ketika melihat langit malam, kita bisa melihat penampakan objek bulat besar yang terang. Itulah Bulan.
Tahukah teman-teman? Ternyata Bulan jadi salah satu alasan kuat Bumi tak memiliki cincin seperti Saturnus.
Bersumber dari How Stuff Works, para ilmuwan yakin kalau Planet Bumi pernah memiliki sistem cincin.
Baca Juga: Jadi Planet Paling Beda, Inilah Fakta Terbentuknya Cincin pada Planet Saturnus
Namun, hal ini terjadi beberapa miliar tahun yang lalu, yakni pada awal pembentukan Bulan Bumi.
Menurut penelitian, dulu ada sebuah planet bernama Theia. Di masa lalu, planet itu bertabrakan dengan Bumi.
Tabrakan antara Planet Theia dengan Bumi menyebabkan ledakan materi yang meluncur ke orbit Bumi.
Materi itulah yang kemudian membentuk cincin, melayang di orbit rendah Bumi, dan menyatu jadi Bulan.
Sebagian yang jaraknya dekat dengan Bumi tertarik gravitasi sehingga Bumi tak lagi punya sistem cincin.
Cincin Bumi di Masa Depan
Hingga saat ini, planet yang kita tinggali sekarang, tidak memiliki cincin. Ternyata ada alasan di baliknya.
Pertama, Bumi memiliki jarak yang terlalu dekat dari Matahari sehingga tidak ada cincin dengan es di dalamnya.
Jarak antara Bumi dan Matahari yang cukup dekat ini akan menyebabkan es pada cincin menghilang.
Kalau cincin terbentuk di Bumi, ia tak terbuat dari es, tapi dari batu yang akan bersinar seperti Bulan.
Kedua, karena adanya Bulan dengan gaya gravitasi yang mengakibatkan pasang surut dan hancurkan cincin.
Baca Juga: Mengapa Planet Bumi Tidak Memiliki Cincin Seperti Saturnus dan 3 Planet Lainnya?
Meski begitu, ada juga teori yang menyebut kalau di masa depan cincin Bumi bisa saja terbentuk lagi.
Nantinya, cincin Bumi akan terbentuk oleh fase raksasa Matahari merah. Tapi, ini masih sangaat lama.
Saat Bumi dan Bulan mendekati Matahari, ada hambatan yang disebabkan oleh atmosfer Matahari yang luas.
Hal ini menyebabkan orbit Bulan membusuk. Akibatnya, Bulan akan berayun semakin dekat ke Bumi.
Jarak Bumi dan Bulan yang semakin dekat ini berpotensi menghancurkan satelit alami planet kita itu.
Kalau peristiwa ini terjadi, maka hal inilah yang akan membentuk cincin baru bagi Planet Bumi kita.
Apa yang Akan Terjadi Pada Bumi?
Kalau Bumi punya cincin, sistem cincin itu mirip Bulan. Ia bisa merefleksikan cahaya Matahari.
Namun, efeknya bisa jauh lebih dahsyat dari Bulan, lo. Artinya, malam hari akan terlihat lebih terang.
Kemungkinan, planet Bumi jadi tidak memiliki malam. Sebab, cincin membuat malam terlihat terang.
Cincin yang mengelilingi Bumi akan berdampak pada cahaya Matahari yang bisa mencapai ke Bumi, lo.
Baca Juga: Berbeda dengan Planet Saturnus, Mengapa Planet Bumi Tidak Memiliki Cincin?
Disebutkan bahwa cincin akan menghalangi beberapa persen cahaya Matahari untuk sampai ke Bumi.
Hal ini kemudian bisa berdampak pada terciptanya musim salju yang lebih dingin di kedua belahan dunia.
----
Kuis! |
Apa saja planet yang memiliki cincin? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com,Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR