Bobo.id - Batik bukan hanya kain dengan gambar yang indah, tapi juga punya nilai penting dalam tradisi Jawa, khususnya lingkungan keraton.
Karena itu, ada beberapa motif batik yang disebut dengan motif batik larangan karena adanya aturan tertentu dalam penggunaannya.
Aturan itu dulunya berlaku di seluruh wilayah kekuasaan, tapi aturan itu kini hanya diterapkan di dalam lingkungan keraton saja.
Jadi, ada beberapa jenis batik tertentu yang hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan dan orang biasa tidak boleh menggunakannya di lingkungan keraton.
Dikutip dari keratonjogja.id, motif batik larangan dipercaya bisa menciptakan suasana religius dan memancarkan aura sesuai maknanya.
Jadi, beberapa jenis motif batik dengan nilai filosofi yang tinggi menjadi bagian dari batik larangan.
Berikut kita akan belajar tentang beberapa motif batik larangan yang ada di Keraton Yogyakarta.
Motif Batik Larangan di Keraton Yogyakarta
Barik larangan di Keraton Yogyakarta disebut dengan Awisan Dalem yang setiap motifnya memiliki aturan tertentu.
Motif batik apa saja yang termasuk dalam motif batik larangan bisa berubah sesuai dengan ketetapan sultan yang sedang bertahta.
Kali ini, kita akan mengenal 5 motif batik larangan yang ada di Keraton Yogyakarta.
Baca Juga: Penuh Makna dan Proses Panjang, Ini 5 Fakta Unik dari Kain Batik
1. Motif Huk
Motif huk adalah motif yang terdiri dari gambar kerang, binatang, tumbuhan, burung, cakra, sayap, dan garuda.
Motif kerang bermakna kelapangan hati, bintang berarti watak sentosa, tumbuhan simbol kemakmuran, dan sayap adalah ketabahan hati.
Dengan beragam makna itu, batik motif huk akan menunjukkan sosok pemimpin yang berbudi luhur, cerdas, berwibawa, dan bisa memberikan kemakmuran saat memimpin.
Sehingga motif ini hanya boleh digunakan oleh raja atau putra mahkota saja.
2. Motif Kawung
Batik motif kawung memiliki pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat.
Dalam budaya Jawa, motif ini dikenal sebagai keblat papat lima pancer yang berarti empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.
Ada juga yang menyebut motif batik ini menggambarkan bentuk bunga lotus atau teratai yang sedang mekar.
Motif ini pun tidak bisa digunakan oleh sembarang orang, dan hanya bisa digunakan oleh santena dalem atau kerabat raja.
3. Parang
Baca Juga: Mengenal 6 Jenis Batik Berdasarkan Teknik Membuatnya, Materi Kesenian
Motif parang adalah motif batik yang sempat sangat sakral saat Sri Sultan Hamengkubuwono VIII bertahta pada tahun 1921-1939.
Batik ini punya dua makna, yaitu sebagai pola bentuk pedang yang digunakan para kesatria dan penguasa saat perang.
Sedangkan makna lainnya adalah sebagai gerakan ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.
Dua makna itu sama-sama menjadi gambaran kekuasaan, kebesaran, kekuatan, kewibawaan, dan kecepatan gerak.
Jenis motif parang sangat beragam dengan aturan yang berbeda-beda pada setiapnya.
- Parang rusak barong dengan ukuran lebih dari 10 cm hanya boleh digunakan oleh raja dan putra mahkota.
- Parang barong ukuran 10-12 cm dipakai oleh putra mahkota, permaisuri, kanjeng panembahan dan istri utama, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati dan istri utamanya, putra sulung dan istri utama, putra putri sultan dari permaisuri, dan patih.
- Parang gendreh ukuran 8 cm hanya dipakai oleh istri sultan, istri putra mahkota, putra-putri dari putra mahkota, pangeran sentana, para pangeran dan istri utamanya.
- Parang klothik dengan ukuran 4 cm ke bawah hanya dipakai oleh putra ampeyan Dalem, dan garwa ampeyan atau selir putra mahkota, cucu, cicit/buyut, canggah, dan wareng.
4. Motif Cemukiran
Motif cemukiran adalah motif batik yang berbentuk lidah api atau sinar. Api pada batik ini punya makna kehidupan yang melambangkan keberanian, kesaktian, dan ambisi.
Baca Juga: Dikenal sebagai Identitas Indonesia, Ini 10 Motif Baik dan Filosofinya
Pola ini juga disebut sebagai pancaran matahari yang menjadi lambang kehebatan dan keagungan.
Dengan makna itu, motif ini hanya boleh digunakan oleh raja dan putra mahkota saja.
5. Motif Semen
Motif semen adalah motif yang namanya memiliki konotasi dengan semi atau tumbuh.
Motif semen punya makna kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Pada motif ini juga ada gambar gunung, garuda, sayap, candi, dan naga.
Sehingga orang yang mengenakan batik ini diharapkan bisa jadi pemimpin yang mampu melindungi anak buahnya.
Motif batik semen gedhe sawat gurdha hanya bisa digunakan oleh cucu sultan, istri para pangeran, penghulu, Wedana Ageng Prajurit, Bupati Nayaka Lebet, Bupati Nayaka Njawi, Bupati Patih Kadipaten, Bupati Polisi, Pengulu Landraad, Wedana Keparak Para Gusti, Bupati Anom, serta Riya Bupati Anom.
Sedangkan motif semen gedhe sawat lar hanya dipakai oleh buyut dan canggah sultan.
Namun untuk motif batik semen tanpa lukisan gunung, garuda, dan sayap bisa dipakai siapa saja tanpa satu garis keturunan dengan sultan.
Baca Juga: Dulu Dianggap Tarian Sakral, Apa Keunikan dari Tari Serimpi Khas Yogyakarta?
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud batik larangan? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | kratonjogja.id |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR