Dahulu kala, ada dua pemuda yang bersahabat akrab. Mereka bernama Takeshi dan Taro. Takeshi berasal dari keluarga kaya, sedangkan Taro dari keluarga miskin.
Pada suatu hari, kedua sahabat ini melakukan perjalanan jauh. Saat hari menjelang senja, mereka sudah berada jauh dari desa asal mereka.
"Lebih baik kita menginap di rumah penduduk desa ini," usul Takeshi.
Mereka lalu mengetuk rumah salah satu penduduki desa, dan minta ijin untuk menginap.
"Oh, mari, silakan menginap di rumah saya..." ujar pemilik rumah itu dengan ramah. Pemilik rumah itu bernama Pak Sanro. Ia mengantarkan mereka ke sebuah kamar. Takeshi langsung tertidur. Sementara Taro gelisah tidak bisa tidur.
Saat larut malam, Pak Sanro membuka pintu kamar tidur mereka dan duduk di sebelah perapian. Ia membersihkan abu di tempat perapian itu dan menaburkan benih padi. Tiba-tiba, dari benih itu keluar tunas, lalu tumbuh menjadi sebatang padi yang penuh dengan biji padi. Taro melihat semua itu dengan keheranan. "Ternyata Pak Sanro adalah penyihir," pikir Taro, sambil tetap pura-pura tidur.
Pak Sanro mengambil biji-biji padi itu, lalu membawanya keluar kamar. Diam-diam Taro menguntit dari belakang. Pak Sanro tampak menumbuk biji-biji padi itu menjadi beras. Lalu memasaknya menjadi mochi.
Keesokan paginya, Pak Sanro menghidangkan mochi itu untuk kedua tamunya.
"Ayo, dimakan," ujarnya ramah, lalu meninggalkan ruang makan.
Taro teringat kejadian semalam. Ia melihat mochi itu dengan curiga, dan tidak mau memakannya. Taro memberi isyarat, mengedipkan mata pada Takeshi, agar jangan memakan mochi itu. Namun Takeshi tidak memerhatikannya. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung memakan mochi itu.
PLOP!
Dalam sekejap, Takeshi berubah menjadi seekor kuda. Taro segera bersembunyi.
Tak lama kemudian, Pak Sanro si pemilik rumah muncul.
"Aah, aku berhasil lagi!" serunya gembira. Pak Sanro lalu memasang kekang pada mulut kuda itu dan mengurungnya di kandang. Saat itu Taro segera melarikan diri.
Akan tetapi, sementara berlari, Tari teringat akan Takeshi sahabatnya. Ia pun berhenti berlari. Taro bertekad untuk kembali dan menolong Takeshi. Sebelum kembali ke rumah Pak Sanro, Taro bertanya pada orang-orang yang ditemuinya dalam perjalanan. Ia ingin tahu cara mengembalikan Takeshi ke wujud semula. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang tahu caranya.
Akhirnya, Taro berpapasan dengan seorang kakek yang tahu cara menolong Takeshi. "Pergilah ke kebun terong di sebelah Timur sana. Carilah sebatang pohon yang mempunyai tujuh buah terong. Kalau kamu memberi makan tujuh terong kepada temanmu, maka dia akan berubah kembali menjadi manusia."
Taro percaya pada nasihat kakek itu. Ia segera berlari ke arah Timur dan menemukan kebun terong. Setelah mencari tanpa putus asa, akhirnya ia berhasil menemukan pohon yang berbuah tujuh terong.
Taro bergegas kembali ke kandang kuda tempat Takeshi dikurung. Saat itu, Pak Sanro sedang makan. Taro memberi tujuh buah terong itu kepada Takeshi yang telah menjadi kuda. Kuda itu langsung memakan habis empat buah terong. Akan tetapi, ia tidak mau lagi memakan tiga terong sisanya.
"Ayo, cepat makan!" desak Taro panik.
Karena kuda itu tidak mau, Taro memasukkan tiga terong secara paksa ke dalam mulut kuda. Ketika kuda itu selesai menelan tiga terong terakhir, dalam sekejap ia berubah menjadi Takeshi lagi.
"Ayo, kita lari!" Taro segera menarik tangan Takeshi.
Mereka berdua akhirnya berhasil pulang ke rumah dengan selamat.
Takeshi menceritakan pengalamannya pada ayahnya. "Taro telah menolongku waktu aku disihir menjadi kuda," cerita Takeshi. Ayah Takeshi sangat berterimakasih kepada Taro.
"Kalau begitu, warisanku nanti akan kubagi untuk kalian berdua," kata ayah Takeshi. Sekarang Taro tidak lagi miskin. Namun bukan itu yang membuatnya bahagia. Taro gembira karena sahabatnya berhasil terbebas dari sihir Pak Sanro.
(Dongeng Jepang)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR