Di Papua, ada hewan berkantung yang mirip sekali dengan kanguru. Penduduk di sana menyebutnya toraj atau walap.
Asli Australia
Walabi hidup di padang rumput dataran rendah di bagian selatan Papua, terutama di Taman Nasional Wasur di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Selain di Papua, walabi juga ditemukan di Papua New Guinea dan Australia. Menurut para ahli, walabi adalah hewan asli Australia. Hewan ini ditemukan di seluruh Australia, terutama di kawasan terpencil, seperti di Taman Nasional Freycinet Tasmania, Taman Nasional Namadgi dan Kosciuszko, dan lainnya.
Menyebar ke Papua
Penyebaran walabi dari Australia ke Papua terjadi pada 14.000 – 17.000 tahun yang lalu pada zaman es, ketika permukaan air laut surut. Ketika daratan Australia dan Papua menyatu, terciptalah padang rumput yang membentang dari utara Australia hingga di bagian selatan Papua. Hamparan padang rumput inilah yang memungkinkan persebaran walabi dari Australia ke Papua.
Kemungkinan lain adalah faktor kesengajaan. Seseorang telah melapas walabi yang dibawa dari Australia sebagai peliharaan dan kemudian berkembang biak di alam bebas Papua.
Suku Marind Anim
Sejak dulu, suku Marind Anim yang tinggal di Taman Nasional Wasur sering berburu walabi untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Mereka berburu secara tradisional dengan menggunakan tombak dan perangkap.
Selama bertahun-tahun, suku Marind Anim berburu walabi sesuai dengan kebutuhan penduduk setempat. Namun akhir-akhir ini, banyak orang berburu walabi untuk dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan daging yang lebih murah bagi penduduk dari luar. Kalau perburuan walabi terjadi berlebihan dan tidak dikendalikan, hewan khas Papua ini bisa terancam punah.
Keluarga Kanguru
Walabi masih berkerabat dengan kanguru. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Saat berdiri, kanguru terlihat lebih tegak dan ramping, sedangkan walabi agak bungkuk dan terlihat sedikit gendut. Walabi yang hidup di Papua termasuk walabi semak karena hidup di padang rumput dan semak-semak. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah kawanan sekitar 10 sampai 50 ekor. Walabi adalah hewan herbivora. Makanan kesukaannya adalah rumput hijau dan pucuk-pucuk daun muda.
Hewan Berkantung
Walabi termasuk hewan berkantung atau marsupial. Kantung di bawah perut sang induk berfungsi untuk melindungi dan menyusui bayi-bayi walabi.
Perkembangbiakan walabi dimulai antara bulan Januari dan Februari, dimana padang rumput mulai tumbuh subur. Pada saat itu semua walabi berkumpul dan terjadi musim kawin. Saat kandungan berumur 28 hari, bayi walabi yang mungil dan tak berdaya itu akan lahir.
Untuk menyusu dan berlindung, bayi walabi akan merangkak dan masuk ke dalam kantung induknya. Bayi walabi akan menghuni kantung induknya selama 9 bulan. Saat anak walabi sudah mulai besar, ia akan keluar dari kantung dan mulai bermain di luar di dekat induknya. Saat takut atau dalam bahaya, anak walabi akan melompat dan kembali berlindung di dalam kantung induknya.
Ekor dan Kakinya Besar
Ekor walabi yang besar dan panjang tidak dapat digunakan untuk memegang sesuatu. Ekor walabi digunakan untuk keseimbangan, baik pada saat berdiri maupun pada saat berlari.
Kedua kaki belakangnya yang besar dan kuat digunakan untuk meloncat dan mendendang saat ada musuh yang mendekat. Sedangkan kedua kaki depannya digunakan untuk meraih makanan, untuk menggaruk, membersihkan muka, dan lainnya.
Walabi
Nama ilmiah: Macropus agilis
Nama lain: Macropus papuanus
Nama lokal: Toraj (Merauke, Papua), Taubwako (Papua New Guinea)
Habitat: Padang rumput dan semak-semak
Makanan: Rumput dan pucuk dauan muda (herbivora)
Jenis: Mamalia marsupialia (menyusui dan berkantung)
Usia: 15 tahun
Ukuran dewasa: Berat 25 kg, tinggi 70 cm, panjang ekor 55 cm, panjang kaki 21 cm
Lompatan: Bisa melompat setinggi 1,8 meter, bisa melompat sejauh 6 meter
Kecepatan lari: 50 km/jam
Predator: buaya, anjing hutan, ular
Sumber foto: mammals-of-papua.webs.com, uajy.ac.id, bioexpedition.com
Sumber gambar peta: thezt2roundtable.com
Keren! Anak-anak Jenius Ciptakan Kota Ramah Lingkungan Lewat Game di National Coding Competition 2024
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR