Seorang pemuda Indian tinggal bersama orang tuanya di dekat Danau Huron. Danau itu kini bernama Danau Michigan, terletak di Amerika Serikat.
Menurut kepercayaan suku Algonquin, anak laki-laki yang sudah mulai besar, harus dikirim ke hutan. Ia harus mengikuti ujian untuk membuktikan keberanian dan kemampuannya. Pengalamannya nanti akan menentukan, nama apa yang pantas untuknya jika ia dewasa nanti.
Pemuda ini pun dikirim ke hutan. Ia tidak tahu ujian apa yang akan dihadapinya. Tidak ada seorang pun yang memberi tahu. Setelah berputar-putar di hutan, akhirnya ia jatuh tertidur karena lelah. Di dalam tidurnya, tiba-tiba ia mendengar suara.
“Penyebar Awan, aku datang untuk menunjukkan jalan. Ikutilah aku!”
Pemuda itu terbangun. Di depannya berdiri seorang wanita cantik bercahaya menyilaukan. Saking silaunya, ia harus sedikit berpaling. Kini, pemuda itu dapat melihat wajah si wanita yang sedang tersenyum.
“Penyebar Awan, ikutilah aku,” ujarnya sekali lagi.
Pemuda itu heran, mengapa wanita itu memanggilnya “Penyebar Awan.” Wanita itu lalu membawa si pemuda terbang tinggi. Tinggiii sekali! Melebihi pucuk-pucuk pohon, melewati puncak-puncak gunung. Tinggiii sekali sampai Danau Huron terlihat hanya seperti tetesan air mata. Pada saat yang sama, bintang-bintang seakan datang mendekat.
“Jangan masuk ke kahyangan,” teriak pemuda itu cemas. “Nanti para dewa marah.”
Akan tetapi, mereka terbang juga ke kahyangan. Mereka melewati gerbang dan masuk ke kubah kristal yang sangat luas. Dan... ternyata dewa-dewa di tempat itu tidak marah. Mereka malah menyambut pemuda dan wanita itu dengan gembira.
Wanita cantik itu bernama Nemissa. Ia mengajarkan pemuda itu cara berjalan di kubah kahyangan yang terbuat dari kristal murni. Saat itu barulah pemuda itu sadar kalau Nemissa adalah salah satu dewi bangsa bintang.
“Siapa yang membuat cahaya-cahaya pada bintang?” tanya pemuda itu.
“Tentu saja rakyatku, bangsa bintang,” jawab Nemissa.
Nemissa menambah sedikit pancaran cahaya dari tubuhnya. Pemuda itu kini bisa melihat keadaan di sekitarnya. Tampak makhluk-makhluk bercahaya lainnya di tempat itu. Mereka tentu rakyat bangsa bintang, pikir pemuda itu. Di situ juga ada beberapa bangunan yang mirip rumah-rumah di kampungnya.
“Nemissa!”
Tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar. Saking kerasnya, pemuda itu sampai takut kalau kubah kristal itu pecah. Di saat yang sama, muncullah seorang pria besar dan gagah. Mungkin ia ksatria dari bangsa bintang, pikir pemuda itu. Di tangannya terdapat busur besar serta anak panah yang mirip kilat. Sebuah komet berputar-putar di sekitar kepalanya, dan ia menepuknya dengan mudah seperti menepuk lalat.
“Nemissa! Beraninya kau membawa manusia bumi kemari. Apakah kau sudah lupa peraturan kita?”
Nemissa tampak sedikit takut. Cahayanya meredup. Sementara pria besar itu bersinar bagai bola api karena marahnya. Si pemuda Indian agak takut, karena ia tidak membawa senjata sama sekali. Ia berdoa di dalam hati. Tiba-tiba ia teringat, bahwa sinar bintang biasanya akan redup bila tertutup awan pekat sebelum hujan turun. Pemuda itu segera berdiri tegak di depan ksatria bintang itu. Ia lalu menggerakkan kedua tangannya seperti sedang menutup tirai di jendela.
Tiba-tiba sinar dari ksatria bintang itu menjadi redup. Redup seperti terhalang awan. Nemissa melihat pemuda itu dengan takjub.
“Kau memang pemberani, seperti yang sudah kuduga. Dan kau pantas dinamakan Penyebar Awan. Kau seperti awan yang bisa meredupkan cahaya bintang.”
“Benarkah?”
Penyebar Awan kaget karena ia merasa dirinya hanya manusia bumi tanpa kesaktian. Ucapan Nemissa membuat ia mulai berani.
Akhirnya Penyebar Awan tinggal di kahyangan bersama Nemissa sepanjang tahun. Tugasnya adalah membantu meredupkan cahaya bintang yang terlalu terang atau panas bagi manusia bumi. Ia menjadi seperti awan yang bisa menghalangi cahaya bintang. Penyebar Awan menjadi manusia pertama yang ikut mencampuri urusan dewa-dewi.
Di akhir tahun, tibalah saatnya bagi Penyebar Awan untuk kembali ke bumi. Ia berjanji untuk kembali ke kahyangan kapan saja bila Nemissa membutuhkannya. Ia meluncur turun di pancaran sinar bintang yang jatuh didekat kampungnya. Sejak itu, setiap malam, Penyebar Awan memandang ke langit untuk melihat tanda. Jika ada bintang jatuh, itu artinya Dewi Nemissa datang untuk menjemputnya kembali.
Sumber: Arsip Bobo. Diterjemahkan oleh Aby Tumengkol.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR