Enam kurcaci nakal terbang di dekat dapur istana. "Hmm... lezatnya..." mereka mencium aroma kue tart buatan PakDobleh. "Yuk, kita curi tart buatan Pak Dobleh!" ujar salah satu kurcaci.
KUSSUSANI
KL1
Tiba-tiba mereka melihat Nirmala yang tertidur di bawah pohon. "Kita pakai saja tongkat Nirmala... hihihi..." Pelan-pelan mereka mendekati Nirmala. Lalu mencuri tongkatnya.
KUSSUSANI
KL1
Salah satu kurcaci mengayunkan tongkat itu. "Asyiiik, kita jadi kecil," seru mereka girang. Mereka tak sadar kalau Oki
sedang mengintip perbuatan mereka.
KUSSUSANI
KL1
Ngiiiing... ngiiing... Keenam kurcaci terbang bagai lalat. Tubuh mereka memang sudah jadi kecil sekali. Mereka masuk
lewat jendela. Dan mendekati tart Pak Dobleh.
KUSSUSANI
KL1
"Wah, mereka pasti akan mencuri tart Pak Dobleh!" pikir Oki, lalu segera membangunkan Nirmala. "Wah, kita harus segera
memberitahu Pak Dobleh," ujar Nirmala.
KUSSUSANI
KL1
Mereka segera menemui Pak Dobleh. Oki menceritakan kenakalan keenam kurcaci nakal. "Ooh, kurcaci-kurcaci nakal itu akan kubuat jera!" geram Pak Dobleh.
KUSSUSANI
KL1
Sementara itu, keenam kurcaci sedang menikmati kue Pak Dobleh. Tiba-tiba Pak Dobleh masuk membawa pemukul lalat. "Wah, banyak lalat disini! Hush! Hush!" seru Pak Dobleh sambil menghentakkan pemukul lalatnya. Plak! Plak! . "Ampuuun... ampuun... Kami bukan lalat!" seru keenam kurcaci ketakutan. Pak Dobleh pura-pura tidak mendengar. Nirmala dan Oki tertawa geli. (Cerita: Vanda Parengkuan/Dok. Bobo; Gambar: Iwan Darmawan/Dok. Bobo)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
20 Contoh Kalimat dengan Kata Berantonim, Materi Bahasa Indonesia
KOMENTAR