Baru-baru ini, Desa Penglipuran dinobatkan sebagai salah satu desa paling bersih di dunia. Sebuah kebanggan tentunya karena dapat menjaga lingkungan sampai sekarang ini. Bukan hanya itu, desa ini juga dikenal dengan kebudayaannya yang unik dan tradisi yang terjaga.
Sejak 700-an Tahun
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa yang dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kabupaten Bangli.
Desa Adat Penglipuran berlokasi di kabupaten Bangli, sekitar 45 km dari Denpasar. Desa Adat Penglipuran ini sudah ada sejak 700-an tahun yang lalu, yaitu pada zaman kerajaan Bangli.
Nama Penglipuran berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti tempat suci untuk mengingat para leluhur. Keunikan dari Desa Penglipuran Hal yang unik dari desa ini adalah kemampuannya mempertahankan tradisi berumur ratusan tahun.
Segala pengembangan fisik desa dan pengembangan budayanya masih mengacu pada tanah leluhur. Bahkan untuk berbagai upacara adat tertentu masih harus memohon restu ke tanah leluhur.
Tanpa Kendaraan Roda Empat
Jalan desa sebagai pemisah dipertahankan bebas dari kendaraan roda empat dan tidak menggunakan aspal tetapi paving block dan batu sikat.
Rumah setiap keluarga dalam setiap kaveling tampak hampir seragam semuanya, berada dalam pekarangan dan dibatasi oleh pagar tembok serta memiliki gerbang khas Bali sebagai pintu masuk.
Setiap pekarangan mempunyai beberapa bangunan berupa ruangan tidur, ruangan tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembahyang. Antara satu pekarangan dengan pekarangan lainnya terdapat jalan sempit yang menghubungkan keduanya.
Hutan Bambu
Bangunan berarsitektur tradisional dengan material tiang dari kayu dan atap yang khas dari bambu menjadi salah satu keunikan bangunan di Penglipuran.
Penggunaan bambu yang cukup dominan merupakan salah satu bentuk kearifan dalam memanfaatkan bahan almi di sekitarnya. Di Penglipuran, 40 persen wilayahnya merupakan hutan bambu. Material untuk bangunan bisa diambil dari hutan ini. Di samping untuk bangunan, bambu juga digunakan untuk bahan barang kerajinan dan kebutuhan untuk ritual.
Dari sisi ekologis, hutan bambu sangat penting untuk menahan erosi mengingat kondisi lahan desa yang miring.
Konsep Tri Mandala
Desa ini menganut tata ruang dengan Konsep Tri Mandala. Maksudnya, wilayah desa dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda berdasarkan fungsi, yaitu utama, madya dan nista.
Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan ruang madya menjadi dua bagian.
Di paling utara pada zona utama atau “ruang pada dewa”, berdiri bangunan suci pura bernama Penataran tempat beribadah para penduduk desa. Adapun zona madya atau “ruang manusia” terdapat 76 petak pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi ke dalam dua jajaran, yaitu barat 38 dan timur 38. Bagian paling selatan adalah nista mandala atau “ruang bagi manusia yang telah meninggal” berupa tempat pemakaman penduduk desa.
Anugerah Kalpataru
Penataan struktur Desa Penglipuran tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat adat Desa Penglipuran yang sudah berlaku turun temurun. Perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka dan pertamanan yang asri membuat para wisatawan merasakan nuansa Bali pada jaman dahulu.
Keteraturan yang ada di Desa Penglipuran ini tidak lepas dari konsep tata ruang yang disesuaikan dengan konsep tata ruang dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Mandala.
Kegigihan para penduduknya untuk memperjuangkan keaslian desa juga patut mendapat penghargaan, tidak mengherankan jika desa Penglipuran pernah memperoleh anugerah Kalpataru.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR