Di sebuah bukit yang sepi dan terpencil, terdapat sebuah desa yang tentram. Penduduknya baik dan rajin berdoa. Ada seorang Pertapa Suci juga yang tinggal di desa itu. Pertapa Suci ini selalu mendoakan dan melindungi penduduk bukit.
Akan tetapi, di sungai yang melintasi desa itu, tinggallah Siluman Sungai. Ia selalu mengincar warga desa. Ia sering datang dan menggoda penduduk bukit itu.
“Tinggallah denganku di dasar sungai. Akan kusediakan istana indah dan harta berlimpah di sana,” goda Siluman Sungai.
Untunglah, penduduk desa bukit itu tak pernah tergoda. Apalagi, Pertapa Suci selalu mengusir Siluman Sungai itu untuk pergi kembali ke sungai.
Suatu hari, Pertapa Suci ingin membangun jembatan di atas sungai. Ia ingin agar desa di bukit itu tidak lagi terpencil. Penduduk desa jadi bisa menyeberang dengan mudah untuk pergi ke desa lain atau ke kota. Tak perlu berjalan jauh mengitari gunung. Sayangnya, Pertapa Suci dan penduduk desa tidak punya keahlian untuk membangun jembatan. Di saat Pertapa Suci sedang berpikir, muncullah Siluman Sungai di hadapannya.
“Aku bisa membantumu membangun jembatan. Tetapi ada syaratnya!” ujar Siluman Sungai.
“Apa syaratmu?” tanya Pertapa Suci penasaran.
“Setelah jembatan itu jadi, berikanlah beberapa orang penduduk desa untukku!”
Pertapa Suci berpikir sejenak. Ia lalu mengangguk dan berkata, “Aku berjanji, setelah jembatan itu jadi, kamu boleh memiliki tubuh siapa pun yang pertama kali melintasi jembatan itu!” janji Pertapa Suci.
Siluman Sungai tampak berpikir ragu. “Hmmm… Aku ragu, apakah kamu bisa menepati janjimu. Tapi, aku akan tagih janjimu nanti!” kata Siluman Sungai akhirnya.
Di saat itu juga, Siluman Sungai pun membangun jembatan di atas sungai itu. Lengkung jembatan itu dan bayangannya di air sungai, membentuk lingkaran yang indah. Kini, desa terpencil di bukit itu bisa terhubung dengan desa di seberang sungai.
Malam harinya, setelah jembatan itu selesai dibangun, Siluman Sungai menunggu di tengah jembatan. Ia tak sabar menunggu orang pertama yang akan melintasi jembatan itu. Tubuh orang itu akan menjadi miliknya.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR