Aku sedang menggeliat malas di sofa empuk ketika Kiko datang. Dia menggendong seekor anjing kampung kotor berwarna cokelat kehitaman.
“Lihat, Poppy, kubawakan teman untukmu!” teriak Kiko dengan riang.
Dilepaskannya anjing jorok itu. Dengan lidah terjulur, si jorok memburuku. Aku terlonjak kaget, melompat ke atas meja.
“Hahaha… Jangan takut, Poppy. Bozzo cuma mau kenalan denganmu!” ujar Kiko sambil terpingkal geli melihatku.
Bozzo menyalak riang ke arahku. Hiiii… aku menatapnya jijik. Tubuhnya kotor, langkah kakinya meninggalkan jejak lumpur di atas karpet abu-abu. Ugh… bau! Pasti anjing itu baru dipungut dari tong sampah!
“Lihat, Poppy! Bozzo senang berkenalan denganmu, dia mengajakmu bermain!” kata Kiko lagi.
Ups! Sorry ya, aku enggak sudi dekat-dekat dengan si dekil itu. Hanya akan mengotori buluku yang lembut dan wangi! Apalagi kemarin Mama Kiko baru saja membawaku ke salon hewan. Buluku dibilas dengan sampo, disikat bersih, dan dicukur rapi. Lihat, nih, potongan buluku yang trendy!
“Nah, aku mandi dulu. Sudah sore!” ujar Kiko sambil memungut bola karet dari keranjang mainan, lalu dilempar ke arah Bozzo. Dengan riang, anjing kampung itu berlari mengejar bola.
“Hei, anjing kampung! Lempar bola itu kemari! Kau, kan, tidak bisa memainkannya?!” Aku menyalak pongah dari atas meja. Sebagai anjing pudel piaraan, aku sudah terlatih untuk beratraksi, seperti main bola dan lompat tali. Bahkan Papa Kiko mendatangkan seorang pelatih khusus untuk mengajariku.
Aku mulai beraksi, memamerkan kegesitanku berakrobat. Bozzo tertegun kagum. Aku makin besar kepala. Aku pun melompat-lompat lincah dengan berbagai gaya.
Aku melompat ke atas bispar kayu yang dipenuhi pajangan antik koleksi Mama Kiko. Lalu berjalan zig-zag tanpa menyentuh pajangan-pajangan itu. Auw, tiba-tiba kakiku tergelincir di atas bispar. Praaang!!! Astaga, sebuah guci keramik kesayangan Mama Kiko jatuh dan pecah.
Wah… Celaka! Mama Kiko pasti marah! Aku langsung melompat turun dan bersembunyi di balik sofa. Pintu terbuka, Mama Kiko berdiri tertegun di sana. Dia langsung menatap Bozzo yang duduk melongo di dekat pecahan guci.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR