Dahulu kala, hiduplah seorang raja muda bernama Raja Modig. Ia sangat pemberani dan suka berburu. Ia telah berhasil mengalahkan berbagai hewan buas.
Untuk menguji kemampuannya, Raja Modig memutuskan untuk berburu naga. Kebetulan, ada seekor naga buas yang sering memangsa penduduk salah satu desa di kerajaan Raja Modig.
Setelah berhari-hari mencari sarang naga itu, akhirnya Raja Modig menemukannya di dalam sebuah hutan. Naga itu bersayap dan sangat ganas. Ketika ia merentangkan sayapnya, lebarnya seperti layar sebuah perahu besar.
Raja Modig melawan naga itu dengan gagah berani. Ketika naga itu mengejarnya, Raja Modig berlari sekuat tenaga. Dari kejauhan, ia lalu memanah naga itu. Seketika, naga ganas itu pun jatuh dan mati.
Saat Raja Modig akan memeriksa mayat naga itu, tiba-tiba muncullah seekor naga lain yang lebih kecil. Naga itu menyerang Raja Modig dengan penuh kemarahan. Ternyata, naga itu adalah naga betina, pasangan dari naga ganas tadi. Setelah melewati pertarungan seru, akhirnya Raja Modig pun berhasil mengalahkan naga betina itu.
Akan tetapi, Raja Modig saat terkejut ketika tiba-tiba muncul empat kepala bayi naga dari dalam gua. Bayi-bayi naga ini masih sekecil kadal. Raja Modig merasa sangat bersalah. Ternyata kedua naga yang telah mati tadi adalah orangtua keempat bayi naga itu.
Dengan hati-hati, Raja Modig lalu membawa empat ekor bayi naga itu ke istana. Ia mengasuh mereka penuh kasih sayang.
Empat naga kecil itu pun tumbuh menjadi besar. Mereka sangat patuh pada Raja Modig bagaikan hewan peliharanan. Mereka sering bercanda dengan Raja, jinak bagai kucing, padahal penampilan mereka tampak mengerikan.
Ketika tubuh mereka sudah semakin dewasa, Raja Modig memakaikan sadel di punggung mereka. Ia lalu mencoba mengendarai naga-naga itu bagai menunggangi kuda. Keempat naga itu akhirnya selalu dikendarai Raja Modig pada saat ia berkunjng, berburu, atau berperang.
Suatu hari, ibunda Raja Modig meminta puteranya itu untuk mencari istri. Raja Modig setuju. Namun ia punya satu syarat untuk wanita yang ingin menjadi istrinya. “Calon istriku harus mau mengendarai naga bersamaku.”
Raja Modig mengirim pesan itu ke kerajaan-kerajaan di seluruh dunia. Namun, hampir semua puteri-puteri raja menjawab, “Raja Modig pasti sudah gila.”
Hanya ada satu puteri yang berani menerima syarat itu, yaitu Puteri Natura. Ia bersedia dijemput Raja Modig dengan kendaraan naga. Tanpa takut, Puteri Natura berpegangan di lengan calon suaminya itu. Dengan mengendarai naga, Puteri Natura pun dibawa ke istana Raja Modig.
Mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. Keempat naga itu tetap menjadi teman kesayangan Raja Modig dan Puteri Natura.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR