Bobo.id - Baobab punya cerita menarik. Katanya, ia dihukum sehingga ditanam dengan posisi terbalik.
Genus Adansonia
Pohon baobab berasal dari genus Adansonia yang memiliki sembilan spesies pohon.
Sebanyak enam spesies endemik di Madagaskar, dua lagi adalah asli dari Afrika dan Semenanjung Arab, dan satu spesies berasal dari Australia.
Pohon yang mampu mencapai ketinggian 47 meter dan diameter batang 15 meter ini diberi nama Adansonia sebagai penghormatan kepada Michel Adanson, naturalis Prancis yang pertama kali mendeskripsikan Adansonia.
Mitologi Pohon Baobab
Di Afrika, ada mitologi yang menyebut bahwa awalnya ranting dan dedaunan pohon yang rimbun dan lebar itu adalah akar baobab.
Sebelumnya pohon ini sering menggerutu dan iri pada kecantikan pepohonan lain karena ia berdaun hanya sedikit serta tak berbunga.
Marah mendengar gerutu yang tiada habis itu, dewa pun mencabutnya lantas menanamnya terbalik.
Pohon baobab juga disebut "Pohon Kehidupan".
Pohon ini bisa menjadi tempat berteduh, dijadikan pakaian, makanan, dan sumber air bagi manusia maupun hewan yang hidup di padang savana Afrika yang panas.
Selain itu, Baobab juga punya buah yang disebut buah super.
Buah Super
Minat terhadap buah baobab sedang meningkat di beberapa negara, termasuk Inggris.
Buah baobab sudah masuk ke pasar buah Eropa sejak 2008.
Di Eropa, buah baobab dikategorikan sebuah buah super, bersanding dengan quinoa, bluberi, dan kale.
Daging buahnya mengandung vitamin C lebih banyak ketimbang jeruk, kalsium lebih tinggi ketimbang susu, potasium lebih banyak ketimbang pisang, dan magnesium yang lebih banyak ketimbang bayam, serta zat besi yang lebih banyak dari daging merah.
Harganya Mahal
Tak tanggung-tanggung, pohon ini harganya bisa mencapai 750 juta rupiah setiap pohonnya.
Mungkin ini karena keistimewaan pohon baobab dari kisah mitologi sampai fungsi buahnya untuk kesehatan. Selain itu pohon baobab juga bisa hidup dalan waktu sangat lama.
Ingin melihat pohon baobab? Tenang, teman-teman tidak perlu jauh-jauh ke Afrika. Pohon ini bisa kamu temui di area sekitar Balairung Universitas Indonesia.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR